TRIBUNNEWS.COM, KARAWANG - Pengembangan inovasi pertanian terus maju seiring berjalannya waktu dan penemuan hal baru di bidang pertanian.
Bahkan, inovasi baru ini bisa sangat membantu bagi para petani untuk meningkatkan bibit padi dan hasil produksi tanaman terutama gabah.
Hal ini pula yang kini tengah dikembangkan oleh PT Biotani Alam Lestari dengan menggandeng kelompok petani di Dusun Malangsari, Desa Pasirawi, Kecamatan Rawamerta, Kabupaten Karawang.
Direktur Utama PT Biotani Alam Lestari, Achmad Azhar menjelaskan bahwa inovasi yang dikembangkannya adalah penyehatan dan perbaikan sifat lahan yang lebih ramah lingkungan berbasis pembenah tanah organik dan penyediaan nutrisi tanaman model baru, berbasis biostimulan yang merangsang effektivitas metabolisme tanaman.
“Sebagai dampak diperoleh tanaman yang lebih sehat dan lebih produktif dengan pengurangan dosis pupuk kimia dan frekuensi aplikasi pestisida,” kata Achmad Azhar saat panen padi seluas 11 hektar di Kabupaten Karawang, Selasa (1/10/2024).
Dalam kesempatan itu, Azhar bersama perwakilan PT Agrinas, Mayor Jenderal (Purn) Rizerius Eko Hadi Sancoko, perwakilan Kementerian Pertanian serta puluhan petani turut menyaksikan proses panen padi yang menggunakan berbasis biostimulan.
Azhar pun menceritakan bahwa awalnya dirinya hanya memiliki niat ingin membantu para petani Indonesia untuk meningkatkan produksi dan kesejahteraan.
Saya sendiri sebenarnya bukan petani, gak punya background petaninya hanya punya rasa keprihatinan terhadap nasib petani,” ungkapnya.
Bersama rekannya, dia berencana mengembangkan tanaman padi berbasis biostimulan hanya 1-2 hektar.
Namun, karena adanya sambutan baik dari petani di Karawang, akhirnya mencoba menanam bibit padi dengan berbasis biostimulan seluas 11 hektar.
Dia pun memperkirakan bahwa hasil panen padi berbasis biostimulan ini bisa meningkatkan produksi. Bahkan, Azhar menyebut jika hasil panen padi yang semula hanya 5-6 ton perhektar, bisa meningkat dua kali lipat ketika menggunakan biostimulan.
“Jumat minggu lalu sudah berhasil dilakukan ubinan atau sampling ukuran dan diperoleh hasil dari ubinan itu kesimpulan ada dua tipologi yang pertama hasilnya 11,2 (ton) yang kedua hasilnya 12,5 (ton). Jadi alhamdulillah dibanding dengan apa yang dilakukan selama ini oleh petani yang rata-rata hanya 5-6 ton per hektare ini jadi double, semuanya puji syukur aja kepada Allah yang sudah memberikan kita kesempatan untuk mengalami hal ini di sisi yang lain,” kata dia.
Dia juga berharap, bahwa inovasi pengembangan berbasis biostimulan ini bisa menyebar luas ke masyarakat petani di berbagai daerah.
Kedepannya, dia juga akan membuat kelompok tani serta memberikan pendampingan khusus bagi para petani yang ingin mengembangkan lahan pertaniannya.