Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (Menlu RI) Retno Marsudi menyebut sejumlah warga negara Indonesia (WNI) di Lebanon memilih tetap tinggal dan tidak ikut evakuasi ke tanah air.
Urusan keluarga jadi alasan para WNI memilih bertahan di Lebanon.
Baca juga: Ramai-ramai Warga Lebanon Tinggalkan Negaranya Takut Serangan Israel
“Ada beberapa keluarga yang karena urusan keluarga memilih untuk tinggal,” kata Retno ditemui selepas acara penghargaan MUI, di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Kamis (3/10/2024).
Ada sekitar 25 WNI yang ikut evakuasi ke tanah air. Sementara berdasarkan data lapor diri terakhir milik KBRI Beirut, ada 159 WNI yang tercatat berada di Lebanon. Dengan demikian, ada 134 WNI atau mayoritas yang memilih tetap tinggal.
Mayoritas WNI tersebut adalah mahasiswa. Mereka mengambil opsi tetap di Lebanon karena alasan pribadi, salah satunya adalah mereka sudah menikah dan berkeluarga dengan warga negara Lebanon.
“Kita mengevakuasi ada beberapa yang dengan pertimbangan keluarga dan sebagainya mereka memilih untuk tetap tinggal di sana,” jelas Retno.
Baca juga: Menlu RI: Ada 25 WNI Dievakuasi dari Lebanon, Kini Sudah Tiba di Damaskus Suriah
25 WNI Dievakuasi
Ada 25 WNI yang tengah dalam perjalanan evakuasi menuju Indonesia. Proses evakuasi dilakukan lewat jalur darat.
Para WNI yang dievakuasi dari Beirut, Lebanon sudah sampai dengan selamat di Damaskus, Ibu Kota Suriah, atau berjarak 111 kilometer antar kedua ibu kota negara itu. Selanjutnya para WNI akan meneruskan perjalanan sampai kembali ke Indonesia.
Namun untuk menggunakan ruang udara dalam proses evakuasi menuju tanah air, hal ini bergantung pada negara yang menjadi lokasi untuk keberangkatan. Pasalnya intensitas perang yang terjadi di Timur Tengah membuat beberapa negara melakukan buka tutup ruang udara mereka.
Misalnya Negara Yordania, sebelah selatan Suriah, sempat membuka ruang udara mereka tapi kemudian ditutup lagi dalam hitungan hari. Kata Retno, situasi saat ini di Timur Tengah sangat dinamis imbas tensi panas yang bukan hanya terjadi di Gaza, Palestina, tapi merambah ke kawasan Timur Tengah lainnya.
"Nanti kita lihat, karena kan ruang udara beberapa negara di wilayah tersebut mengalami buka tutup, jadi kita akan lihat pokoknya kesempatan terakhir penerbangan dapat dilakukan tentunya akan kita lakukan lebih cepat lebih baik," ungkap Retno.
Baca juga: Mengapa Evakuasi WNI dari Lebanon Lewat Jalur Darat? Ini Penjelasan Menlu Retno Marsudi
Kondisi Konflik Israel - Hizbullah di Lebanon
Diketahui saat ini situasi memanas terjadi antara Israel dan Lebanon. Kedua negara saling berbalas serangan. Rentetan serangan udara dilancarkan Israel menargetkan ratusan kelompok Hizbullah di wilayah Lebanon.
Militer Israel mengklaim telah menyerang lebih dari 1.300 lokasi yang digunakan oleh kelompok bersenjata Hizbullah yang didukung Iran. Lebanon membalas dengan melancarkan rentetan roket.
Akibat konflik ini, per Selasa (24/9/2024) otoritas Lebanon mencatat jumlah korban tewas akibat bombardir Israel sebanyak 558 orang, termasuk 50 anak-anak.
Saat ini sekolah dan universitas di sebagian Lebanon ditutup sementara. Pemerintah Lebanon juga telah menyiapkan tempat penampungan bagi orang-orang yang mengungsi dari wilayah selatan.
Beberapa serangan menghantam kawasan permukiman di kota-kota di Selatan dan Lembah Bekaa di Timur.
Satu serangan menghantam kawasan hutan sejauh Byblos di Lebanon Tengah, lebih dari 129 km (80 mil) dari perbatasan dan Utara Beirut.
Militer Israel memperingatkan warga di Lebanon untuk menjauh dari tempat-tempat yang digunakan oleh Hizbullah.
Pemerintah Israel juga mengklaim fokus mereka akan dialihkan ke pertempuran dengan Hizbullah dalam upaya untuk memungkinkan sekitar 60.000 warga Israel yang dievakuasi dari daerah perbatasan untuk kembali ke rumah.
Selama hampir setahun, Hizbullah terlibat dalam baku tembak hampir setiap hari dengan pasukan Israel di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel untuk mendukung warga Palestina di Gaza.
Teranyar, Israel berkonflik dengan Iran. Kedua negara terlibat saling serang. Iran diketahui merupakan pihak pendukung Hizbullah.