News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Cegah Gesekan di Masyarakat, Prof Agus Ingatkan Pentingnya Nilai Moderasi Beragama

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Acara Interfaith Dialogue bertajuk “Mengkonstruksi Nilai Universal Menuju Moderasi Agama” yang digelar di Jakarta, Jumat (1/11/2024).

Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rektor Universitas Budi Luhur Prof Dr Agus Setyo Budi mengingatkan pentingnya membangun hubungan yang harmonis antar umat beragama.

Silaturahmi antar umat beragama, kata Agus, dapat memberikan ruang bagi orang-orang dari berbagai agama untuk berinteraksi.

Hal tersebut diungkapkan oleh Agus dalam acara Interfaith Dialogue bertajuk “Mengkonstruksi Nilai Universal Menuju Moderasi Agama” yang digelar UBL.

"Di tengah-tengah merosotnya nilai-nilai etika dan moral di masyarakat, semoga dengan dialog ini adik-adik yang hadir di sini, nanti akan mendengar secara langsung bagaimana mereka berdialog dan mendiskusikan," ujar Agus melalui keterangan tertulis, Jumat (1/11/2024).

Menurut Agus, ruang dialog harus terus dibuka untuk mencegah konflik di masyarakat.

Semua pihak, menurut Agus, harus saling memahami perbedaan berpendapat.

"Tentunya hasil dari diskusi ini, kalau tidak diimplementasikan di kehidupan sehari-hari tidak akan ada manfaatnya, fakta di lapangan bahwa adanya konflik gesekan di sana-sini yang notabenenya ada perbedaan pendapat sedikit saja akan menimbulkan huru-hara di mana saja," kata Agus.

Para mahasiswa, kata Agus, memiliki peran dalam menanamkan nilai moderasi beragama di tengah masyarakat.

"Itu tidak lain karena kita tidak saling memahami perbedaan berpendapat, tentunya kalau adik-adik ingin tahu mengenai bagaimana kita harus bersikap untuk menyikapi beda pendapat antara satu sama lain," ujar Agus.

Sementara itu, Ketua Dewan Pengawas Pendidikan Budi Luhur Cakti One Krisnata mengatakan ada tiga poin penting Indonesia bisa menyatukan semua perbedaan.

"Pertama, Di zaman Wangsa Sanjaya abad ke-7 memberikan izin mendirikan Candi Prambanan di sinilah titik memahami perbedaan. Kedua, Bhinneka Tunggal Ika salah satu pilar kebangsaan kita dan mengakui perbedaan. Ketiga, Sumpah Pemuda yang mana berkumpulnya pemuda untuk komitmen yang sama satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa," ungkapnya.

Ketua Himpunan Mahasiswa Hubungan Internasional (Himahi) Brigita Tomigalung, mengajak para pemuda untuk membangun moderasi beragama.

"Setiap generasi muda membangun Indonesia memiliki peran penting yang saat ini memiliki bonus demografi untuk menanamkan pola pikir tentang menghadapi keragaman bangsa, kita dapat menyebarkan pikiran moderasi beragama dan komitmen bersama," kata Brigita.

Acara ini menghadirkan Keynote Speaker, Sekretaris KWI Romo Agustinus Wibowo Heri, Ketua Lembaga Kepanditaan PP MBI Henry Gunawan Chandra, Instruktur Moderasi Beragama dan Martin Lukito Sinaga.

Selain itu, narasumber seminar yaitu, Guru Besar FAH UIN Prof. Dr. Oman Fathurahman, Sekretaris Bidang Pendidikan dan SDM Ketut Budiawan, Direktur Lafadz Nusantara Iskandar Deni, Dosen Universitas Boyolali Wahyuning Chumaeson dan Ketua Pendidikan Matakin Ws. Gunadi Prabuki.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini