TRIBUNNEWS.COM - Hendry Lie adalah salah satu pendiri maskapai penerbangan PT Sriwijaya Air.
Ia mendirikan perusahaan itu bersama saudaranya, yaitu Chandra Lie dan Johannes Bunjamin, serta Andy Halim.
Bisnis Sriwijaya Air dimulai menggunakan satu Boeing 737-200. Sejumlah ahli yang ikut merintis berdirinya perusahaan tersebut di antaranya adalah Supardi, Capt. Kusnadi, Capt. Adil W, Capt. Harwick L, Gabriella, dan Suwarsono.
Sriwijaya Air mulai beroperasi pada 10 November 2003, dengan rute penerbangan pertama dari Jakarta ke Pangkal Pinang, Jakarta ke Palembang, Jakarta ke Jambi, dan Jakarta ke Pontianak.
Terhitung ada 48 pesawat Boeing yang dimiliki oleh Sriwijaya Air Group dengan 53 rute, termasuk rute regional Medan-Penang dan rute internasional lainnya.
Hingga kini, maskapai Sriwijaya Air menjadi salah satu maskapai terbesar di Indonesia yang berhasil mengangkut 950 ribu lebih penumpang per bulannya.
Hendry Lie diketahui juga menjadi salah satu pemilik perusahaan di bidang pertambangan dan pengelolaan timah, yaitu PT Tin Indo Internusa (TIN).
Perusahaan itu melakukan kerja sama dalam bidang penyewaan peralatan peleburan timah, antara PT Timah Tbk dengan PT TIN.
Harta Kekayaan
Hendry Lie termasuk dalam daftar 150 orang terkaya versi Globe Asia Magazine edisi Juni 2016 silam.
Harta yang ia miliki ditaksir senilai $325m atau Rp 5.146.537.500.000, dikonversikan 1 $ = Rp 15.835,50.
Baca juga: Kerugian Negara Imbas Kasus Timah Bertambah setelah Hendry Lie Ditangkap, Capai Rp332,6 Triliun
Angka tersebut naik dibanding tahun 2015.
Saat itu, harta yang dimiliki Hendry Lie tercatat $300m atau Rp4.750.650.000.000, dikonversikan 1 $ = Rp 15.835,50.
Dari hasil penelusuran Tribunnews.com, belum ada laporan terbaru terkait kekayaan Hendry Lie tahun 2024.
Sementara, menilik Indonesia’s 50 Richest versi majalah Forbes di tahun 2023, tidak ada nama Hendry Lie.