News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Wawancara Eksklusif

VIDEO EKSKLUSIF Menkes Budi Gunadi Sadikin: Kemenkes Dapat Tambahan Dana Rp13 Triliun dari Presiden

Penulis: Srihandriatmo Malau
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Covide  itu pandemi penyakit menular melanda dunia. data yang meninggal kalau saya nggak salah baca tuh 7 jutaan, 8 jutaan selama berapa tahun ya, 2 tahun.

 sekarang masih ada, cuma sedikit sekali yang meninggal. Nggak banyak orang tahu bahwa TBC sudah ada di dunia itu lebih dari 200 tahun, 1700-an sudah ada dan nggak ada juga yang ingat yang meninggal itu 1 miliar. 1 miliar orang sudah meninggal dari 200 tahun yang lalu. Penyakit ini sama Covid nggak hilang sampai sekarang dan meninggalnya setiap tahun 1,3 juta orang di seluruh dunia. 1,3 juta dibagi 365 hari dibagi 24 jam dibagi 60 menit meninggalnya 2,5 orang per menit. Jadi kita ngomong begini sudah 10 orang mati. Nih kita ngomong di Indonesia itu 134 ribu jadi sekitar 5 menit, satu orang meninggal. Jadi serius juga.

Jadi penyakit ini kenapa jadi fokus beliau (Prabowo-red)? Karena beliau tahu ini penyakit menular yang paling banyak korbannya dalam sejarah umat manusia sampai sekarang belum beres-beres dan sampai sekarang masih menyebabkan banyak kematian.

Kenapa kok kurang mendapatkan perhatian seperti Covid? Karena penyakit ini menyerang negara miskin. Kalau yang meninggalnya di Inggris, Amerika  itu akan cepat. Ini meninggalnya kan di China, India, Indonesia ya lama, gak beres-beres, vaksinnya gak keluar-keluar.

Itu sebabnya beliau bilang yuk TBC ini kita percepat eliminasinya. Itu nomor 1 TBC.

Yang nomor 2 beliau juga lihat ini orang Indonesia selama ini diurusnya fokus kesehatannya ngobatin orang sakit padahal itu salah. Sakit itu jantung, stroke, cancer, yang paling banyak membuat manusia meninggal itu penyakit kronis. Kalau kronis itu penyakit gak kayak ketabrak mobil kena mati, gak gitu Pak dia kena gak diobatin terus 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun mati. Jadi sebenarnya kita punya banyak waktu untuk mengobati dan menghindarinya.

Jadi strateginya kenapa screening? Berubah strategi kesehatan harusnya menjaga orang tetap sehat bukan mengobati orang sakit. Mengurusnya di posyandu bukan di rumah sakit. Mengurusnya perawat, bidan dan dokter umum bukan dokter spesialis dan sebagainya. Mengurusnya bukan alat kesehatan tapi screening.

Karena penyakit meninggal paling banyak stroke 300 ribu per tahun, jantung 250 ribu per tahun. Ini gampang, kalau Bapak ukur yang namanya tekanan darah setiap tahun saja sekali di bawah 130-190, kemudian gula darah HBS 1C di bawah 5,7 sekali saja, lemak darah atau kolesterol LDL-nya di bawah 100 setiap tahun, gak lebih dari itu, insya Allah 82 tahun. Kalau di atas itu gak diobatin 5 tahun lewat itu. Yang dimaksud screening ya jadi kalau ada ini wartawan Tribun, pegawai Tribun meninggal di bawah 72 rata-rata usia, sudah hampir pasti  kalau gak stroke sama jantung, itu pemimpinnya harus disalahkan karena tidak pernah screening anak buahnya. Jadi gak boleh ada yang meninggal di bawah umur 72 harusnya. Kalau rajin Insya Allah 84 tahun.

Quick win ketiga, dia datang ke daerah-daerah, kasihan sekali kok rumah sakitnya seperti itu. Saya pernah ke Nias itu ada ruang operasi, ada alat anestesi tapi laba-laba semua. Artinya gak pernah dipakai. Ini paling banyak butuh operasi apa? Patah tulang, lah pak, kenapa? Kecelakaan, kan banyak motor, ngebut, nabrak. Patah tulang operasinya gimana? Gak bisa lah Pak mesti disebrangi dulu ke Padang pakai boat 4 jam.

Nah hal-hal kayak gitu banyak. Lahirin ibu, misalnya lahirannya susah itu mesti caesar, operasi, ya itu kan masih 4-5 jam.

Saya kemarin ketemu yang lucu-lucu. Jantung itu Pak kalau kena serangan itu gak boleh lebih dari 90 menit harus segera dipasang ring pakai nama alatnya Cath Lab. Saya tanya, berapa Cath Lab di 514 Kabupaten/Kota. Kenapa Bapak nanya Kabupaten/Kota? Ya kalau 90 menit kan gak mungkin orang terkena di Sukabumi harus dibawa ke Bandung. Jadi harus di Kota atau Kabupaten yang sama. Jadi pasangnya di Kabupaten/Kota. 44 dari 514, bahkan provinsi saja 28 dari 34. Jadi kayak Ambon, Maluku Utara, Maluku Selatan, Papua, Papua Barat itu gak ada layanan jantung. Jadi saya tanya loh, kalau orang kena serangan jantung di Ambon terus kita bisa apa? Oh bisa berdoa dibawa ke Makassar, Manado masih hidup. Jadi mesti dibangun rumah sakit. 

Tadi Bapak sebutkan bahwa dalam waktu kita ngobrol, satu orang meninggal, silahkan Pak untuk pembaca kita, untuk pemirsa kita apa yang Bapak ingin sampaikan kepada masyarakat pembaca kita?

Jadi saya ingin menyampaikan bahwa Presiden kita Pak Prabowo itu sangat memperhatikan kesehatan. Ada beberapa hal penting yang kita mesti pahami. Saya sebagai bankir sudah lebih dari 30 tahun, kerjaan saya ngurusin harta dari nasabah-nasabah. Saya sekarang jadi Menteri Kesehatan 3 tahun mau 4 tahun ngurusin nyawa dari semua masyarakat kita.  Bapak Presiden kita itu jeli saya lihat. Karena buat saya yang sudah ngerjain ngurusin ribuan triliun uang, yang namanya nyawa itu di atas harta. Kalau saya punya nasabah sekaya apapun, dia akan tanya, 'Pak ini ada investasi Bapak bisa dapet 100 juta US tapi katanya Bapak wafat besok atau Bapak mau ubah tapi wafatnya nanti 10 tahun lagi pasti dia pilih yang 10 tahun lagi.

Itu sebabnya kenapa Pak Prabowo memahami itu ngasih saya anggaran tambahan. Jadi saya tuh begitu jadi Menteri dapet anggaran. Tiba-tiba dipanggila Bu Sri Mulyani (Menkeu-red), Pak Menkes, semua Menteri lain gak ada yang tiba-tiba kayak kamu dikasih anggaran tambahan Rp13 triliun. Anggaran tambahan dari Bapak Presiden Prabowo untuk ngurusin 3 hal itu tadi. Saya kaget kok yang lain dipotong-potongin, saya ditambah. 'Karena kamu mesti jaga kesehatan rakyat karena itu ada prioritas utama hidup.'

Mari ikuti video wawancara lengkapnya hanya di YouTube Tribunnews.(*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini