"Tantangan ini membutuhkan inovasi serta teknologi di berbagai bidang," ujarnya.
Dari para pembicara kunci diperoleh kesimpulan, pasokan karet alam di Indonesia mayoritas adalah perkebunan rakyat yang menguasai 89 persen perkebunan karet, sedang swasta dan BUMN hanya 11 persen.
Namun, faktanya pembangunan perkebunan karet rakyat khususnya yang menyangkut peremajaan tanaman tua berlangsung sangat lambat dan peran pemerintah belum tampak jelas.
Di sisi lain, pasar karet alam dunia diperkirakan akan cenderung membaik harganya tetapi kondisi petani karet rakyat di negara-negara produsen karet masih belum mendapatkan manfaatnya, kecuali di Thailand sebagai produsen nomor 1 karet alam dunia yang memiliki program yang kuat dari pemerintah dan produktif.
Karena itu Dato’ Dr Abdul Aziz SA Kadir, Sekretaris Jenderal IRRDB, mengajak semua negara produsen karet alam untuk bahu-membahu bekerja-sama dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh pekebun rakyat dengan melakukan riset yang menghasilkan teknologi untuk meningkatkan keekonomian karet alam.
Ada delapan pembicara kunci dalam konferensi ini yang mewakili Holding Perkebunan Nusantara PTPN III, Kantor Konsultan Investasi dari Singapura, PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN)/Asosiasi Inventor Indonesia (AII), IRRDB Fellow dari Malaysia, Lembaga Riset RIKEN dari Jepang, BKPM, Asosiasi Negara-negara Produsen Karet Alam (ANRPC), dan Kelompok Studi Karet International (IRSG).
Baca juga: Pemerintah Dorong Inovasi dan Keberlanjutan Industri Plastik dan Karet Nasional
Secara umum, ditekankan tentang masih ada peluang untuk kebangkitan karet alam, namun dibutuhkan upaya untuk mendorong kolaborasi, penerapan paradigma ekonomi sirkuler (nir-limbah), dan memanfaatkan peluang karet alam sebaga bahan baku BBN.