News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

HUT PDIP

Momentum HUT Ke-52 PDIP, Said Abdullah: Keteladanan Megawati dan Prabowo Patut Dicontoh

Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Wahyu Aji
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua DPP PDI Perjuangan, Said Abdullah berbincang dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri di sela acara peringatan HUT ke-52 PDIP di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta, Jumat (10/1/2025).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Presiden Prabowo Subianto dan seluruh rakyat Indonesia saat puncak peringatan HUT ke-52 PDIP, di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jumat (10/1/2025).

Dimana, rasa terima kasih itu diungkapkan Megawati perihal keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI yang resmi mencabut ketetapan (TAP) MPR Nomor 33 Tahun 1967 tentang Pencabutan Kekuasaan Negara dari Presiden Soekarno atau Bung Karno.

Dimana, dengan dicabutnya TAP MPR tersebut, tuduhan bahwa Bung Karno telah melakukan pengkhianatan terhadap negara dan mendukung pemberontakan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) tidak terbukti.

Ketua DPP PDI Perjuangan, Said Abdullah mengaku selalu menyimak Pidato Megawati, mulai dari Kongres Luar Biasa PDI di Bulan Desember 1993 sampai sekarang menjadi PDI Perjuangan.

Dimana, Megawati selalu tersentuh hati saat berbicara dua hal, pertama tentang cita cita Indonesia Raya, dan kisah perjuangan politik Bung Karno yang di akhir kekuasaannya diperlakukan bak pesakitan politik. 

Said pun mengatakan, bahwa keluarnya TAP MPR No XXXIII/MPR/1967 yang mencabut mandat Presiden Soekarno, selaku mandataris MPR, dan melalui TAP MPR ini pula negara memberikan tuduhan bahwa Bung Karno terlibat G/30S dan melindungi tokoh tokoh yang terlibat dalam gerakan tersebut.

Seperti kita ketahui bersama, setelah diberhentikan dari presiden, Bung Karno diperlakukan sebagai tahanan kota, serta jauhkan dari keluarganya, dan tidak mendapatkan perawatan kesehatan sebagaimana selayaknya sebagai proklamator dan mantan presiden. 

Bahkan, di akhir hayat, Bung Karno wafat dengan kondisi yang sangat menyedihkan karena dalan kondisi sakit kerusakan ginjal, dan sengaja tidak diberikan pertolongan medis yang semestinya.

Selain itu, anak anak Bung Karno, termasuk Megawati menghadapi berbagai tekanan, dan pembatasan politik di masa orde baru.

“Sejarah itu tersimpan kuat dalam memori Ibu Mega. Saking kuatnya ingatan itu, maka ketika MPR mencabut TAP MPR NoXXXIII/MPR/1967, rasa haru dan terima kasih itu beliau ucapkan kembali. Sebab dengan pencabutan TAP MPP tersebut negara telah memulihkan nama baik Bung Karno,” kata Said, Jumat.

Said pun menilai, tanpa andil Presiden Prabowo dan seluruh Pimpinan MPR, serta dukungan seluruh elemen rakyat, mustahil TAP MPR yang menyangkutkan Bung Karno dengan G 30 S 1965 itu bisa dihapuskan. 

Kerena itulah, lanjutnya, dalam pidato Megawati sungguh memberikan kesan yang mendalam. 

“Apresiasi setulus tulusnya dari beliau kepada Presiden Prabowo, Pimpinan MPR dan seluruh rakyat,” ujar Said.

Ketua Banggar DPR ini pun menangkap pesan yang mendalam, kenapa Megawati menyampaikan rasa terima kasih yang tulus tersebut dengan penuh haru. 

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini