Perusahaan mengatakan langkah itu akan menempatkannya pada 'posisi yang lebih baik untuk menghormati, seiring waktu, kewajiban penarikannya'.
Celsius – didirikan oleh pengusaha teknologi Alex Mashinsky – adalah pemain utama di pasar kripto, dengan sekitar 1,7 juta pelanggan, dan pada bulan lalu memiliki aset senilai hampir 10 miliar pounsterling.
Baca juga: Pintu, Platform Investasi Aset Kripto di Indonesia Raih Pendanaan Seri B Sebesar Rp 1,6 Triliun
Penurunan juga menyakitkan bagi pemegang saham di perusahaan yang terkait dengan industri kripto. Pertukaran mata uang digital yang terdaftar di Nasdaq, Coinbase, turun lagi 9,6 persen, mengambil kerugian sejak puncak tahun lalu menjadi hampir 90 persen.
Penambang bitcoin yang terdaftar di London, Argo Blockchain, juga merosot hampir 90 persen sejak awal tahun lalu.
Aksi jual terjadi karena inflasi yang melonjak, kenaikan suku bunga dan perang di Ukraina membuat investor melarikan diri dari aset berisiko tinggi.
Volatilitas terbaru dipicu oleh data inflasi AS yang lebih buruk dari perkiraan Jumat lalu, memicu kekhawatiran bahwa kenaikan harga akan lebih sulit untuk dihilangkan dari yang diperkirakan sebelumnya dan membuka jalan bagi Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga.
“Karena inflasi terbukti menjadi lawan yang lebih sulit untuk dikalahkan daripada yang diperkirakan, bitcoin dan eter terus mengalami luka parah di ring,” kata Streeter.
Nilai mata uang digital melonjak selama pandemi karena banyak orang menginvestasikan uang tunai yang dihemat selama penguncian.
Baca juga: Remehkan Volatilitas Kripto, Wali Kota Gold Coast Australia Usulkan Kripto untuk Pembayaran Pajak
Namun, regulator berulang kali memperingatkan tentang risiko memasukkan uang ke pasar crypto, yang sebagian besar tidak diatur.
Bulan lalu, FCA mengulangi peringatannya bahwa mereka yang membeli mata uang digital 'harus siap kehilangan semua uang' yang mereka investasikan. Pengawas memperingatkan bahwa produk crypto tidak dilindungi oleh skema kompensasi finansial.
Trader Tokocrypto Afid Sugiono mengatakan sulit untuk memprediksi secara teknis pergerakan Bitcoin dalam jangka panjang, karena saat ini kondisi market sedang bearish dengan volatilitas yang tinggi.
Dalam jangka pendek, BTC masih terjebak dalam fase bearish dan nilainya akan terus tertekan.
"Pelemahan BTC bukan dari aspek fundamentalnya, melainkan faktor eksternal terkait makroekonomi. Bitcoin dan aset kripto lainnya secara umum mengalami penurunan akibat efek domino dari pengumuman data inflasi tahunan AS yang mencapai level tertinggi dalam 40 tahun terakhir," ujar Afid Kepada Kontan.co.id, Selasa (14/6).
Afid mengatakan, investor kaget karena puncak angka inflasi Amerika Serikat (AS) semakin tinggi hingga menyentuh 8,6 % . Akibatnya, investor terlihat panik dan wait and see untuk menunggu kebijakan moneter The Fed.