Menyusul yang lainnya, saham Shanghai Composite Index China juga terpantau turun sebanyak 1,4 persan, sementara Seng Hong Kong ambles sebanyak 2,1 persen.
Baca juga: Rusia Loloskan RUU Aset Digital, PPN Bitcoin Kini Turun Jadi 13 Persen
Penurunan inilah yang membuat para investor ragu untuk menambah investasi Bitcoinnya. Tak hanya itu adanya rencana The Fed yang akan menaikan kembali suku bunganya untuk mengekang laju inflasi di AS, dipercaya menjadi salah satu penyebab anjloknya daya beli investor akan koin kripto pada minggu ini.
“Federal Reserve AS akan meninggalkan kebijakan pengetatan kuantitatif untuk menghilangkan inflasi pada tahun 2022, ini akan berisiko pada pengurangan Bitcoin dan altcoin” ujar tweet akun pengamat kripto, TXMC Trades.
Sebelum harga Bitcoin jatuh ke harga 19.991 dolar AS, pada awal tahun ini para analis dan pakar kripto salah satunya Investor Big Short Michael J. Burry, memperkirakan bahwa Bitcoin bisa menjadi aset perlindungan investor, namun setelah pasar Bitcoin dan koin kripto lainnya terus anjlok lebih dari 50 persen pada tahun ini, membuat investor kini mulai beralih meninggalkan pasar kripto.
Menurut Cointelegraph, penurunan akan terus terjadi selama beberapa bulan kedepan mengingat saat ini pasar kripto terus mengalami bearish, dimana pada perdagangan Rabu (29/6/2022) Ethereum terperosok 5,19 persen menjadi 1.092 dolar AS dilanjutkan Solana yang turun 7,87 persen hingga harganya jatuh 32.87 dolar AS hanya dalam kurun waktu 24 jam.
Harga Bitcoin Tembus Level Tertinggi dalam 10 Hari Terakhir
Bitcoin (BTC) memanfaatkan volatilitas pada akhir pekan kemarin, dan membuat harga BTC/USD mencapai level tertinggi dalam 10 hari terakhir.
Berdasarkan data dari Cointelegraph Markets Pro dan TradingView mengungkapkan Bitcoin, mata uang kripto terbesar, mencapai level 21.868 ribu dolar AS di pertukaran mata uang Bitstamp.
Sementara harga Bitcoin berdasarkan coinmarketcap pada pukul 14.50 WIB, berada di level 21.331 ribu dolar AS.
Sumber data analitik populer Game of Trades mengungkapkan adanya aktivitas perdagangan yang dilakukan oleh kelompok investor sebelum harga Bitcoin menunjukkan kenaikan.
“Aktivitas jeda yang tidak biasa terdeteksi di Bitcoin. Pasokan yang dipegang oleh entitas dengan saldo 1k hingga 10k BTC baru saja melihat lonjakan permintaan yang sangat besar. Mari kita lihat jika trennya dikonfirmasi,” ujar sumber data analitik populer Game of Trades.
Kontributor Cointelegraph, Michaël van de Poppe yang mengamati perdagangan Bitcoin, mengatakan kenaikan ini dapat mengamankan peluang kenaikan lebih lanjut.
Baca juga: Terimbas Bearish Pasar Kripto, Pinjaman Penambang Bitcoin Membengkak Hingga 4 Miliar
Selain itu harga BTC selama penutupan perdagangan pada pekan lalu di Chicago Merchantile Exchange (CME) sebesar 21.100 ribu dolar AS, dapat memberikan target jangka pendek sekaligus menjadi peringatan bagi investor untuk tetap waspada terhadap prospek jangka pendek.
“Pemalsuan akhir pekan standar terjadi dan mungkin berakhir pada penutupan CME pada $21.1 ribu untuk Bitcoin, belum ada penembusan yang jelas di atas $21,6 ribu pada saat ini." kata Poppe.