News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Mata Uang Kripto

Pasar Kripto Redup, Masa Depan Bitcoin Cs Diramal Punah

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Muhammad Zulfikar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi trading bitcoin. Bangkrutnya sejumlah bursa pertukaran cryptocurrency kondang termasuk FTX, tak hanya meruntuhkan popularitas koin kripto namun juga telah membuat masa depan Bitcoin dan sejumlah aset digital lainnya suram.

Laporan Wartawan Tribunnews.com  Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK – Bangkrutnya sejumlah bursa pertukaran cryptocurrency kondang termasuk FTX, tak hanya meruntuhkan popularitas koin kripto namun juga telah membuat masa depan Bitcoin dan sejumlah aset digital lainnya suram.

Salah seorang pengamat dari Euro Pacific Capital sekaligus investor pasar kripto, Peter Schiff menyebut bahwa posisi Bitcoin dan sejumlah koin kripto lainnya kini tengah berada di jurang kepunahan setelah gagal mencetak lonjakan harga selama beberapa minggu terakhir.

"Fenomena ini lebih bahaya dari pada crypto winter. Ini adalah kepunahan kripto," sebut Schiff melalui cuitan di akun Twitternya sebagaimana yang dikutip dari The Local.

Baca juga: FTX Bangkrut, Sam Bankman-Fried Sempat Dijuluki Miliarder Top Kini Jadi Pecundang Kripto

Alarm kehancuran kripto bukanlah kali pertama yang disuarakan Schiff, sebelumnya pada tahun lalu Schiff telah memproyeksikan apabila Bitcoin akan  jeblok hingga harganya menjadi nol. Pernyataan tersebut dilontarkan Schiff setelah Bitcoin terus dilanda kemunduran.

Dimana selama setahun terakhir kapitalisasi pasar Bitcoin sudah merosot 64 persen, dari harga 50.000 dolar AS per koin pada tahun lalu menjadi 16.621 dolar AS pada Minggu (20/11/2022).

Menurut Coinmarketcap, penurunan serupa juga terjadi pada Ethereum yang anjlok dari harga tertingginya 4.632 dolar AS di Desember 2021 menjadi 1,196 dolar AS.

"Pergerakan temporary ke 100.0000 dolar AS per koin masih mungkin, tetapi pergerakan permanen turun ke nol tidak dapat dihindari," jelas Schiff.

Baca juga: Miliarder Mark Cuban Masih Yakin dengan Kripto Meski FTX Dihantam Kebangkrutan, Ini Alasannya

Dalam laporannya Schiff menjelaskan bahwa keruntuhan Bitcoin dan sederet kripto lainnya mulai terjadi setelah bursa kripto dihantam isu kebangkrutan, hal tersebut yang kemudian membuat para investor panik dan mulai ragu dengan perdagangan kripto.

Hingga akhirnya memicu aksi jual kripto massal yang kemudian membuat harga Bitcoin cs jatuh ke level terendah.

Tercatat setidaknya sudah ada sejumlah bursa yang mengalami kebangrutan disepanjang 2021, seperti perusahaan dana lindung nilai (hedge fund) kripto yang berbasis di Singapura, yakni Three Arrows Capital (3AC) yang secara resmi dinyatakan bangkrut. Setelah gagal membayarkan utang atau default kepada broker kripto Voyager Digital senilai Rp 9,9 triliun.

Namun sayangnya tak lama dari kebangkrutan 3AC, Voyager yang menjadi kreditur juga turut dinyatakan gulung tikar karena kehabisan likuidasi.

Baca juga: Binance Kembali Ajukan Penawaran Pembelian Perusahaan Kripto Voyager Digital yang Bangkrut

Menyusul yang lainnya, raksasa kripto FTX miliki Sam Bankman-Fried yang kerap dijuluki sebagai sang pahlawan dilaporkan ikut terseret hancur karena mengalami rush money atau penarikan massal.

Selain kehancuran bursa kripto Schiff juga menyebut bahwa kemerosotan Stablecoin milik Terra, yaitu Terra USD (UST) yang anjlok hingga 100 persen juga menjadi faktor pendukung turunnya nilai Bitcoin dan aset kripto lainnya.

Belum diketahui kapan harga Bitcoin cs akan bangkit, namun melihat dari pergerakan aset digital di pasar kripto pemulihan harga akan memakan waktu yang cukup lama terlebih saat ini industri global tengah dihantam badai resesi sehingga tak sedikit konsumen yang mulai mengurangi kegiatan konsumsinya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini