Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tahun ini menjadi tahun yang sulit bagi industri cryptocurrency, mulai dari adanya fase Crypto Winter, dampak dari guncangan ekonomi global hingga runtuhnya ekosistem Terra yang memberikan kejutan di ruang kripto.
Harga Bitcoin, mata uang kripto terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar, turun sekitar 65 persen sejak awal tahun ini.
Selain itu, cryptocurrency Luna juga mengalami penurunan nilai dan bursa kripto FTX, yang sempat memiliki valuasi 32 miliar dolar AS, telah dihantam kebangkrutan karena krisis likuiditas sehingga memperparah gejolak di pasar kripto.
Baca juga: Orang Tua Sam Bankman-Fried Berpotensi Ikut Terseret Kasus Kebangkrutan Bursa Kripto FTX
Gejolak di industri kripto membuat beberapa perusahaan di sektor ini mengalami keruntuhan.
Berikut ini daftar perusahaan kripto besar yang bangkrut pada 2022:
1. FTX
Kebangkrutan FTX sejauh ini menjadi kejatuhan perusahaan kripto terbesar dan paling spektakuler di tahun ini.
Melansir dari Reuters, bursa kripto yang berbasis di Bahama memulai tahun ini dengan mencatatkan valuasi sebesar 32 miliar dolar AS.
Tidak hanya itu, FTX bahkan mempekerjakan selebritas yaitu komedian Larry David dan bintang American football Tom Brady dalam iklan pertandingan Super Bowl LVI, serta menempatkan namanya di kandang tim basket Miami Heat.
FTX, yang mengaku memiliki lebih dari satu juta pengguna, memposisikan dirinya sebagai "ksatria putih" yang menyelamatkan perusahaan kripto lain di tengah gejolak pasar cryptocurrency awal tahun ini.
Namun pada November, FTX menyatakan bangkrut setelah gagalnya rencana merger dengan pertukaran kripto saingannya, Binance.
Pendiri FTX Sam Bankman-Fried menghadapi tuduhan bahwa ia telah menyalurkan simpanan pelanggan ke firma perdagangan terafiliasi FTX, Alameda Research, dan pertukaran mengalami penarikan dana sekitar 6 miliar dolar AS hanya dalam waktu 72 jam.
Bankman-Fried mengatakan dia "sangat menyesal atas apa yang terjadi" dan mengakui "kegagalan besar dalam pengawasan manajemen risiko", namun dia mengaku tidak sengaja mencampurkan simpanan pengguna FTX dengan aktivitas perdagangan Alameda.
CEO baru FTX, John Ray, yang dibawa untuk mengawasi kasus kebangkrutan bursa kripto itu, mengatakan dia belum pernah melihat "kegagalan kontrol perusahaan yang begitu lengkap".
2. BlockFi
Pemberi pinjaman kripto BlockFi merupakan perusahaan kripto pertama yang mengikuti keruntuhan FTX, dengan mengajukan kebangkrutan Bab 11 sekitar dua minggu setelah kejatuhan bursa kripto itu.
Baca juga: Tak Ingin Dipenjara, Mantan Pendiri Bursa Kripto FTX Sam Bankman-Fried Rela Bayar Rp3,8 Miliar
BlockFi memiliki beberapa ikatan dengan FTX, dan telah mengandalkan fasilitas kredit FTX senilai 400 juta dolar AS untuk tetap bertahan setelah perusahaan ini bangkrut akibat gejolak pasar cryptocurrency pada awal 2022.
Sebelumnya, BlockFi mengatakan memiliki 450.000 pengguna dan bermaksud untuk meminta hakim kebangkrutan mengizinkan beberapa dari mereka menarik dana.
Pengguna yang dapat menarik dana memiliki akun Dompet BlockFi tanpa bunga, yang dibuat BlockFi awal tahun ini sebagai bagian dari penyelesaian 100 juta dolar AS dengan Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC).
BlockFi didirikan pada 2017 dan berbasis di Jersey City, New Jersey, Amerika Serikat.
3. Three Arrows Capital (3AC)
Perusahaan kripto besar pertama yang bangkrut pada tahun ini adalah dana lindung nilai kripto Three Arrows Capital (3AC).
Kebangkrutan 3AC disebabkan oleh jatuhkan cryptocurrency Luna dan TerraUSD pada Mei, yang mengguncang pasar kripto di seluruh dunia, menghapus dana investor sebesar 42 miliar dolar AS, dan menyebabkan dikeluarkannya surat perintah penangkapan di Korea Selatan untuk pengembang dua aset kripto tersebut.
3AC berbasis di Singapura dan didirikan pada 2012. Perusahaan ini dilaporkan memiliki 10 miliar dolar AS dalam bentuk cryptocurrency pada awal tahun ini. 3AC memulai proses kebangkrutan di British Virgin Islands pada Juni.
Pihak yang mengawasi likuidasi 3AC mengatakan pendiri perusahaan ini melarikan diri ke luar negeri dan "tidak bekerja sama dalam upaya pemulihan aset bagi kreditur".
4. Voyager Digital
Pemberi pinjaman kripto Voyager Digital mengajukan kebangkrutan di Amerika Serikat pada Juli, setelah 3AC gagal membayar pinjaman kripto senilai lebih dari 650 juta dolar AS.
Voyager berharap dapat memindahkan kebangkrutannya dengan cepat melalui sistem pengadilan AS, setelah mencapai kesepakatan pada September untuk menjual asetnya senilai 1,4 miliar dolar AS dalam bentuk kripto ke FTX.
Baca juga: Investor Bursa Kripto Binance Tarik Dana Besar-besaran, Tembus 1,9 Miliar Dolar AS dalam 24 Jam
Namun penjualan tersebut gagal dilakukan setelah keruntuhan FTX, dan Voyager membuka kembali diskusi dengan pembeli potensial lainnya, termasuk dengan pertukaran kripto Binance.
5. Celcius Network
Keruntuhan Terra dan Luna juga menimpa pemberi pinjaman kripto lain yaitu Celcius Network, yang memulai kasus kebangkrutannya di AS pada Juli.
Sejak itu, Celcius terlibat dalam perselisihan mengenai investigasi penipuan, perlakukan berbeda atau diskriminasi terhadap akun pelanggannya, dugaan pelanggaran privasi pelanggan, dan pengeluaran keuangannya untuk fasilitas penambangan Bitcoin baru.
Baca juga: Menkeu Sri Mulyani Ungkap Guncangan Perekonomian Nasional dari Covid-19 Hingga Kripto
Hakim kebangkrutan Celcius telah memerintahkan proses penyelidikan apakah Celcius beroperasi sebagai skema Ponzi dan meninjau secara luas keuangan perusahaan.
Celcius mengatakan pihaknya akan menyambut pemeriksaan tersebut, namun menyatakan keprihatinan mengenai investigasi yang tumpang tindih yang dilakukan oleh krediturnya, regulator sekuritas negara, dan pihak pemeriksa kebangkrutan perusahaan.