TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Klaim ketahanan oli mesin di beberapa merek pelumas untuk kendaraan bermotor, mayoritas dites pada kondisi di dalam laboratorium.
Sementara, untuk di dunia nyata, banyak faktor yang mempengaruhi berapa lama oli bisa dikatakan awet.
Shofwatuzzaki, Shell Lubricant Technical Advisor Indonesia mengatakan, berapa kilometer atau berapa lama ketahanan oli dalam mesin, yang menentukan adalah produsen kendaraan tersebut.
Karena tentu harus disesuaikan dengan kondisi mesin yang mereka buat.
“Maka dari itu kami selalu sarankan untuk ikuti rekomendasi si pembuat motornya,” ujar pria yang akrab disapa Zaki, Rabu (12/5/2016).
Zaki melanjutkan, faktor eksternal di antaranya perbedaan merek, jenis mesin.
Kemudian kondisi jalan, beban kendaraan dan cara berkendara, yang bisa membuat umur oli di dalam mesin jadi pendek atau bisa juga lebih lama.
Beberapa faktor tersebut yang membuat produsen oli termasuk Shell, tidak bisa mengklaim keawetan oli yang diproduksi.
Namun, jika melihat data pengujian yang sudah dilakukan, oli Shell memiliki ketahanan panas (tes oksidasi) lebih tinggi 43 persen dibanding merek-merek oli yang ada.
“Dari hasil pengujian tersebut, bisa dikatakan Shell lebih tahan terhadap kerusakan. Kami tidak mengatakan olinya akan tahan berapa lama,” tutur Zaki.