Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Utama Indonesia Battery Corporation (IBC) atau PT Industri Baterai Indonesia, Toto Nugroho mengatakan, butuh investasi yang sangat besar untuk mendukung pengembangan industri baterai kendaraan listrik di Indonesia.
Sedikitnya, lanjut Toto, dana yang diperlukan sekitar 15 miliar dolar Amerika Serikat (AS), atau sekitar Rp 232 triliun (asumsi kurs Rp15.470 per dolar AS).
Untuk itu, IBC perlu menjalin kerjasama strategis dengan sejumlah mitra untuk dapat mempercepat pengembangan industri baterai kendaraan listrik di Tanah Air.
Baca juga: Mobil Listrik BMW i4 Jadi Official Safety Car dari Shell Eco-Marathon 2022
"Maka dari itu diperlukan mitra. Kebutuhan investasi sangat besar sekitar 15 bilion dolar AS," ucap Toto dalam acara SOE International Conference yang digelar secara hybrid, Selasa (18/10/2022).
Seperti diketahui, Indonesia memiliki potensi yang signifikan untuk mengembangkan ekosistem industri kendaraan bermotor listrik dan baterai listrik.
Di sektor hulu, Indonesia memiliki cadangan dan produksi nikel terbesar di dunia dengan porsi cadangan sebesar 24 persen dari total cadangan nikel dunia.
Sedangkan di hilir, Indonesia berpotensi memiliki pangsa pasar produksi dan penjualan kendaraan jenis bermotor roda dua dan empat yang sangat besar dengan potensi 8,8 juta unit untuk kendaraan roda dua dan 2 juta unit untuk kendaraan roda empat pada tahun 2025.
Hingga kini, IBC telah sepakat melakukan kerjasama kemitraan strategis dengan korporasi asal China Yakni Contemporary Brunp Lygend (CBL) dan perusahaan asal Korea Selatan, LG Energy Solution.
Toto melanjutkan, hal ini merupakan keseriusan Indonesia untuk memproduksi secara mandiri electric vehicle (EV) battery, atau baterai kendaraan listrik, yang bakal terintergrasi mulai dari hulu hingga hilir.
Baca juga: Baterai Mobil Listrik Ioniq 5 Drop dari 80 Persen ke Nol, Begini Tanggapan Hyundai
"IBC dibentuk untuk mendukung ekosistem industri EV di indonesia, dan ditargetkan bisa menjadi pemain global di EV ekosistem ini," papar Toto.
"Kenapa demikian? Karena sumber daya alam yang dimiliki indonesia sangat berlimpah, kita punya nikel, lalu aluminium. Indonesia juga memiliki pangsa pasar yang besar untuk industri otomotif," pungkasnya.