Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, DETROIT – Badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kembali hantam industri otomotif Amerika, kini giliran produsen mobil General Motors Co yang mengumumkan pemangkasan ratusan pekerja di jajaran eksekutif, Rabu (1/3/2023).
Rencana PHK sebelumnya telah direncanakan GM Motors sejak awal Januari 2023, akan tetapi setelah melewati perundingan panjang PHK resmi digelar GM pada pekan ini.
Lewat pengumuman yang dikirimkan ke email para staf, Chief People Officer GM Arden Hoffman menjelaskan pemangkasan kali ini dilakukan untuk menghemat anggaran perusahaan sebesar 2 miliar dolar AS selama dua tahun kedepan.
Baca juga: Twitter Kembali Dihantam Badai PHK, Puluhan Karyawan Dipecat Perusahaan
“Kami pembuat mobil asal Detroit berkomitmen untuk melakukan penghematan biaya dalam dua tahun ke depan, yang akan dialokasikan guna ke anggaran overhead dan kompleksitas di semua produk kami,” jelas Arden, seperti yang dikutip dari Reuters.
Dengan begini perusahaan menyeimbangkan bisnis perusahaan di tengah gejolak ekonomi global dan potensi perang harga yang menghantam industri otomotif, akibat krisis rantai pasokan dan kenaikan suku bunga.
Mengingat di akhir tahun kemarin GM Motors hanya dapat meraup laba bersih sebesar 9,9 miliar dolar AS, turun dari target pendapatan di tahun 2021 dimana saat itu laba GM sukses tumbuh di kisaran 10 miliar dolar AS.
Usai memutus ratusan pekerja, produsen mobil yang berbasis di Detroit itu berencana merakit sekitar 400.000 unit kendaraan listrik di Amerika Utara mulai tahun ini hingga paruh pertama 2024.
Meski PHK membuat saham GM amblas 1,45 persen dalam pasar Wall Street, namun melalui langkah ini GM Motors mengklaim perusahaan dapat mencatatkan rekor penjualan baru sebesar 50 miliar dolar AS pada 2025. Sehingga GM dapat mengembalikan kerugian penjualan di tahun tahun sebelumnya.
“Langkah ini diambil sebagai opsi untuk mengatasi masalah apapun dengan urgensi yang lebih besar, sehingga kami dapat mencapai tujuan kami yang paling berani. Ini adalah perubahan budaya mendasar untuk menjadi lebih didorong oleh kinerja dan akuntabel,” ujar Arden.