News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Mobil Listrik

Anies Baswedan Bandingkan Mobil Listrik dengan Bus BBM, Pengamat Otomotif: Tidak Logis

Penulis: Lita Febriani
Editor: Seno Tri Sulistiyono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bakal Calon Presiden dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP), Anies Baswedan memberikan pidato politik dalam acara Deklarasi dan Pengukuhan Relawan Amanat Indonesia (Anies) di Stadion Tennis Indoor, kawasan Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (7/5/2023) sore.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan membandingkan emisi perkapita per-kilometer yang dikeluarkan mobil listrik masih lebih besar dibandingkan dengan bus Berbahan Bakar Minyak (BBM).

Menyikapi hal itu, Pengamat Otomotif sekaligus Akademisi Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu, menyebut perbandingan tersebut tidak apple to apple alias tidak tepat.

"Kalau mau bicara logis dan pakai nalar, tentunya tidak logis membandingkan emisi (perkapita?) per-kilometer yang dikeluarkan mobil listrik masih lebih besar dibandingkan dengan bus Berbahan Bakar Minyak," tutur Yannes saat dihubungi Tribunnews.com, Senin (8/5/2023).

Baca juga: Sanggah Kritikan Anies, Menko Airlangga Klaim Hampir Semua Negara Beri Subsidi Mobil ListrikĀ 

Yannes menjelaskan dua alasan kuat yang membuat perbandingan tersebut semakin tidak masuk akal.

"Pertama, itu sangat bergantung kepada jumlah populasi mobil yang diperbandingkan dengan jumlah populasi bus Solar. Kedua, perlu diingat bahwa mobil listriknya memiliki emisi per-kilometer nol, karena tidak ada proses pembakaran," imbuhnya.

Ia menjelaskan, penggunaan Bus Besar berbahan bakar Solar 16,89 liter/100 km atau 5,92 liter/Km. Faktor emisi CO2 BBM pembakaran 1 liter bahan bakar diesel atau Solar yang diperbolehkan The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) adalah 2.924,90 g/liter.

Sebagai gambaran, kapasitas angkut bus solar Trans Jakarta 30 orang untuk bus besar. Diasumsikan bahwa satu mobil listrik Wuling berisi 1 orang berbanding dengan 1 bus.

"Jika perhitungannya ada pada jumlah orang, maka persamaannya jadi 30 buah Wuling Air berbanding 1 bus. Sehingga, mengacu kepada cara pikir Anies dapat dinyatakan bahwa emisi perkapita per-kilometer yang dikeluarkan mobil listrik Wuling Air EV masih lebih besar dibandingkan dengan 1 bus Berbahan Bakar Minyak yang diisi oleh 30 orang," terangnya.

Yannes menyebut cara perbandingan yang disebut Anies semakin tidak masuk akal, membandingkan mobil komersial BBM dengan kendaraan listrik.

"Wuling Air EV adalah kendaraan listrik yang sistem kerja mobilnya menghasilkan nol emisi CO2 termasuk juga sulfur. Maka hasil perhitungan emisi CO2 Wuling Air EV per Km: 30 x 0 = 0, sedangkan untuk bus solar yang berisi penuh 30 orang per Km adalah: 5,92 x 2.924,90 g = 17317,34 g/Km. Kesimpulannya, 30 Wuling Air EV menghasilkan emisi CO2/Km= O. 1 bus kota berisi 30 orang menghasilkan emisi CO2/Km= 17317,34 g/Km," papar Yannes.

Sebelumnya, Anies yang merupakan Bakal calon presiden dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) mengkritik kebijakan subsidi mobil listrik.

Dikatakan Anies, solusi untuk menghadapi tantangan lingkungan bukan dengan cara memberi subsidi mobil listrik.

Hal itu dikatakan Anies dalam pidato politik bertema 'Meluruskan Jalan, Menghadirkan Keadilan' di Tennis Indoor Senayan, Jakarta, Minggu (7/5/2023).

"Soal polusi udara bukanlah terletak di dalam subsidi untuk mobil listrik yang pemilik-pemilik mobil listriknya adalah mereka-mereka yang tidak membutuhkan subsidi," kata Anies.

Lagi pula, kata Anies, penggunaan kendaraan listrik akan lebih baik jika berfokus pada kendaraan umum berbasis listrik.

"Kalau kita hitung apalagi ini contoh ketika sampai pada mobil listrik, emisi karbon mobil listrik perkapita perkilometer sesungguhnya lebih tinggi daripada emisi karbon bus berbahan bakar minyak," ucapnya.

Baca juga: Anies Baswedan Sindir Subsidi Mobil Listrik Tak Kurangi Polusi Udara, Simak Lagi Aturannya

"Emisi perkilometer perkapita untuk mobil listrik dibandingkan dengan bus berbasis BBM. Kenapa itu bisa terjadi? Karena bus memuat orang banyak sementara mobil memuat orang sedikit," imbuhnya.

Selain itu dengan pengalaman Anies sebagai Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022, kendaraan pribadi listrik justru menambah kemacetan lantaran tidak menggantikan mobil berbasis bahan bakar fosil.

"Kendaraan pribadi berbasis listrik dia tidak akan menggantikan mobil yang ada di garasinya, dia akan menambah mobil di jalanan, menambah kemacetan di jalanan," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini