"Diberi label 'diperbudak' tanpa alasan yang jelas telah membuat pekerja kami merasa martabat mereka telah dihina dan hak asasi manusia mereka dilanggar, yang sangat melukai martabat rakyat China. Kami telah menandatangani surat bersama yang mengungkapkan perasaan kami sebenarnya," kata Manajemen Jinjian dikutip dari SCMP.
Manajemen menilai tuduhan perbudakan muncul lantaran terjadi kesalahpahaman penerjemahan dan perbedaan budaya yang menyebabkan situasi tersebut muncul.
Sebagai bukti, perusahaan mengunggah video yang memperlihatkan sekelompok pekerja China yang membacakan surat yang telah ditandatangani bersama oleh para pekerja.
"Kami sangat senang datang ke Camacari untuk bekerja. Kami telah mematuhi peraturan perundang-undangan dan bekerja keras selama periode tersebut dengan harapan pembangunan proyek kendaraan energi baru terbesar di Brasil dapat diselesaikan secepatnya," kata seorang pria Tionghoa yang tidak disebutkan namanya dalam video tersebut.
Mereka menjelaskan isi surat tersebut bahwa 107 pekerja telah menyerahkan paspor mereka kepada perusahaan untuk membantu mengajukan permohonan sertifikat identitas sementara di Brazil.
Pernyataan ini dikeluarkan untuk membantah tuduhan dari Otoritas Ketenagakerjaan Brazil yang menyebut paspor para pekerja telah ditahan oleh perusahaan.
Pernyataan tersebut juga dibagikan ulang oleh Manajer Umum Branding dan Hubungan Masyarakat di BYD Li Yunfei melalui akun Weibo pribadinya.
Dalam unggahannya, Li Yunfei menuduh adanya campur tangan kekuasaan asing serta beberapa media China yang menurutnya sengaja mencemarkan nama baik perusahaan dan negara China.
Ia juga menilai bahwa tindakan mengungkap aksi perbudakan di pembangunan pabrik BYD Brasil bertujuan merusak hubungan antara China dan Brasil.