Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki begitu banyak keragaman budaya dan ini bisa terlihat dari kebiasaan yang dilakukan masyarakatnya pada tiap daerah.
Perlu diketahui, budaya merupakan hasil cipta karya manusia yang biasanya dijadikan identitas oleh masyarakat sekitar.
Namun di era disrupsi digital ini, kelestarian budaya pun dikhawatirkan tergerus perkembangan zaman yang didominasi munculnya teknologi dan inovasi.
Nah, untuk melestarikan budaya di era digitalisasi ini, maka bukan hanya pemerintah dan masyarakat setempat saja yang bertanggung jawab untuk menjaganya.
Baca juga: Bangkitkan Ekonomi, Perputaran Uang di Acara Birukan Langit Indonesia Festival Capai Rp 20 Miliar
Namun juga seluruh lapisan masyarakat pun memiliki tugas penting dalam menjaga kelestariannya.
Mulai dari sejarawan dan budayawan hingga para kaum muda generasi penerus bangsa.
Dari banyaknya budaya yang dimiliki Indonesia, salah satu yang perlu dilestarikan di era disrupsi digital ini adalah Tudung Lingkup.
Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jambi baru saja menggelar 'Festival Tudung Lingkup' di Kecamatan Pelayangan.
Event ini diadakan sebagai bagian dari upaya pelestarian budaya setempat agar selalu diingat generasi penerus.
Menariknya, dalam festival ini, wanita di daerah Pelayangan menggunakan batik asli atau kain khas dari kota Jambi yang menutupi seluruh tubuh serta wajah mereka.
Kain yang disebut 'tudung lingkup' itu berfungsi sebagai penutup aurat bagi aurat perempuan.
Dalam sejarahnya, pakaian yang menutupi aurat itu digunakan oleh perempuan setempat dalam berbagai kegiatan.
Mulai dari saat keluar rumah, pergi ke Sungai Batanghari, maupun ke agenda-agenda hajatan lainnya.
Biasanya, tudung lingkup dikenakan oleh ibu-ibu setempat dan para gadis yang ada di desa agar terhindar dari siapapun yang hendak berbuat jahat.
Terkait festival itu, sekitar 1.000 ibu-ibu pun hadir dari seluruh Kecamatan yang ada di kota Jambi.
Festival ini diharapkan dapat dilestarikan karena mengandung nilai yang sangat tinggi terkait warisan budayanya.
Baca juga: Djakarta Festival Akan Digelar Tiap Tahun Untuk Fasilitasi UMKM
Dalam festival ini juga hadir para peserta Kenduri Swarnabhumi yang merupakan program dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek).
Para peserta tersebut merupakan hasil seleksi dari tim kepanitiaan yang akhirnya bisa memilih 10 orang terbaik dari provinsi Sumatera Barat dan Jambi.
Sejak 23 Agustus lalu, mereka sudah dilepaskan secara resmi oleh Bupati Dharmasraya untuk bertolak menuju Jambi demi menghadiri event ini.
Seorang peserta Kenduri Swarnabhumi dari Sumatera Barat, Ghita Ramadhayanti menilai festival ini menunjukkan bahwa sejak zaman dahulu, perempuan selalu diprioritaskan dalam menjaga adab dan marwahnya.
"Festival Tudung Lingkup ini memiliki kesamaan dengan masyarakat Sumatera Barat yang dikenakan oleh Bundo Kanduang saat keluar rumah atau agenda publik. Selain itu, para Bundo Kanduang juga menggunakan Baju Kuruang Basiba saat ada acara adat," kata Ghita, dalam keterangannya, Selasa (30/8/2022).
Menurutnya, penggunaan pakaian tradisi Sumatera Barat tersebut memiliki arti yang sangat esensial, agamis, dan filosofis yang sangat tinggi.
Salah satunya ditunjukkan dengan adanya makna filosofis yang terkandung dalam bis garis lurus pada baju kurung Basiba yang artinya adalah matrilineal.
Matrilineal ini dikenal luas menggunakan suku yang diturunkan dari pihak ibu.
Dengan digelarnya Festival Tudung Lingkup dan Kenduri Swarnabhumi ini, Ghita berharap seluruh pihak bisa mengingat kembali tradisi dan budaya yang ada di daerah masing-masing, agar nilai-nilai budayanya dapat terus dilestarikan.
Dalam event itu, turut diadakan pula kegiatan menyusuri Sungai Batanghari sepanjang 800 km yang dianggap sebagai upaya mewujudkan dan meningkatkan kecintaan semua elemen masyarakat terhadap kondisi sungai yang kini rusak oleh 'ulah manusia'.
Penyusuran sungai itu tidak hanya diikuti oleh arkeolog, sejarawan dan budayawan saja, namun juga mahasiswa, komunitas hingga influencer.
Digelarnya event ini, kata dia, menjadi langkah nyata dan bukti konkret bahwa Indonesia memiliki budaya yang sangat luar biasa.
Ghita pun berharap event ini digelar secara berkelanjutan sehingga tidak hanya menjadi identitas yang kuat dan melekat bagi tiap daerah saja.
Namun juga meningkatkan kembali awareness masyarakat sebagai pelaku utama.
"Walaupun hari ini perkembangan zaman dan teknologi tidak bisa dihindari, hendaknya proses akulturasi budaya ini bisa menambah kecintaan kita terhadap budaya dan lingkungan," tegas Ghina.