TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Performa lima partai Islam menjelang Pemilu 2014 masih belum menggembirakan. Bahkan menurut persepsi publik, lima partai Islam tersebut tetap kalah bersaing dengan partai politik berhaluan nasionalis.
Berdasarkan riset sejak 20-30 Oktober 2013 di 34 provinsi, Lembaga Survei Nasional memotret ada empat alasan publik kurang mengapresiasi pada Pemilu 2014 nanti. Setidaknya, empat alasan ini harus jadi pertimbangan partai Islam berijtihad mencari solusi jika ingin bersaing.
"Pertama, kasus korupsi dan perilaku yang melibatkan sejumlah kader partai Islam tertentu telah membuat kepercayaan publik terhadap partai Islam secara keseluruhan merosot," ujar peneliti LSN, Dipa Pradipta di Hotel Atlit Century, Senayan, Jakarta, Minggu (24/11/2013).
Kedua, pada umumnya publik menilai partai Islam kurang memiliki kepedulian terhadapan masalah-masalah riil yang dihadapi masyarakat. Ketiga, hampir semua partai Islam dinilai bersifat konservatif atau kurang berpihak pada perubahan.
"Keempat, adanya krisis kepemimpinan di kalangan partai Islam, di mana tidak ada lagi tokoh dari kalangan partai Islam yang kuat dan disegani," ujar Dipa, sambil menambahkan, harapan itu ada pada diri Mahfud MD yang dinilai bisa menjadi pemersatu partai Islam.
Direktur Eksekutif LSN, Umar S Bakry menambahkan, kendati elite partai Islam mengatakan perbedaan aliran sudah mencair, tapi di tingkat akar rumput masih terjadi di lapangan. "PKB orang NU, PAN basisnya Muhammadiyah, PBB masih kebanyakan orang-orang Persis. Perbedaan aliran ini tidak mudah diselesaikan di tingkat lapangan," kata Umar.
Selain itu, kendati saat ini muncul wacana membentuk koalisi partai Islam, namun sandungannya sangat besar. Karena di antara partai Islam memiliki kepentingan berbeda, terutama yang bersifat pragmatis.
"Pertimbangan utama banyak partai adalah kekuasaan bukan menyamakan visi dan platform," tambahnya.