TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tak mudah bagi Panitia Pemilihan Luar Negeri di Malaysia, mendata pemilih warga negara Indonesia yang bekerja di perkebunan sawit di Malaysia. Halangannya, para cukong perkebunan tak membuka akses bagi petugas PPLN untuk mendata.
Cerita itu disampaikan Kepala Biro Logistik Komisi Pemilihan Umum (KPU), Boradi, usai melakukan kunjungan ke Serawak, Kuching, di Malaysia beberapa waktu lalu kepada wartawan di Gedung KPU, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (18/12/2013).
"Pada umumnya mereka bekerja di sektor informal di perkebunan sawit. PPLN mendatangi tapi ada masalahnya. Pekerja di sana susah dideteksi karena cukong perkebunannya tertutup. Karena pada umumnya banyak pekerja di sana yang ilegal," terang Boradi.
Namun, sambung Boradi, kawan-kawan PPL yang di antaranya dari Konsulat Jenderal Indonesia di Serawak dan lainnya masih mendata. Kesulitan lainnya adalah jarak yang cukup jauh untuk mendatangi lokasi tempat kerja Indonesia menjadi pemetik tandan sawit.
"Kawan-kawan PPLN berusaha melakukan pendekatan kepada majikan atau cukongnya. Jadi, kalau yang saya tangkap kesulitannya mereka tidak terbuka seperti kita di sini karena cukongnya tertutup. Dan tempatnya jauh, di mana perjalanan harus ditempuh sampai 16 jam," sambung Boradi.
Masih kata Boradi, diperkirakan pada Maret nanti bakal ada ratusan tenaga kerja Indonesia yang akan bekerja di Malaysia. Kalau begini, saat pemilihan nanti, mereka harus membawa surat atau formulir A5, sebagai bukti pindah pemilih.