TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengamini hasil survei Pol-Tracking Institute yang menempatkannya sebagai partai dengan pemberitaan tone negatif sepanjang 2013 yakni 23,87 persen dari total pemberitaan.
"Setahun itu kayaknya PKS bagaimana merasakan betul hantaman yang sudah sampai puncaknya," ujar Wakil Ketua Umum DPP PKS, Fahri Hamzah dalam acara Pol-Tracking di Hotel Morrissey, Jakarta, Selasa (14/1/2014).
Kendati begitu, Fahri meyakini, setelah ini tidak bakal ada lagi kasus yang lebih besar sehingga membuat PKS terpuruk. Menurutnya, PKS sudah berusaha kuat menjaga tone pemberitaan positif di mata publik tapi kecolongan.
Ia menambahkan, sebagai 15 tahun, partai kader ini sangat ketat melakukan pengawasan terhadap kadernya. Namun, karena kasus suap impor daging sapi yang menyeret bekas Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaaq, membuat citra positif partai ambruk.
Namun, Fahri memberikan kritikan terhadap pemberitaan terhadap PKS, dan juga partai lainnya. Salah satunya regulasi kebebasan media tidak teratur dengan baik dan sehat. Ia mempersilakan kebebasan pers tapi harus dihilangkan dari unsur kepentingan pemiliknya.
"PKS saat ini dalam detik-detik yang mengkhawatirkan dari segi sumber daya. Tapi, bangsa Indonesia sangat merugi juga ketika kasus hukum yang didramatisir membuat dunia berkesimpulan Indonesia sekarang dalam posisi ketidakpastian hukum," tambahnya.
Direktur Eksekutif Pol-Tracking, Hanta Yudha menjelaskan, pemberitaan tone negatif terhadap PKS dan dua partai lainnya seperti Partai Demokrat 20,53 persen, dan Golkar 19,1 persen karena kasus hukum.
Pemberitaan PKS yang tertinggi terjadi pada Mei terkait kelanjutan kasus hukum suap impor daging sapi yang menyeret mantan Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaaq, disusul beberapa kadernya diperiksa menjadi saksi seperti Ketua Majelis Syura, Hilmi Aminuddin.
Sama seperti PKS, pemberitaan Demokrat oleh media salah satunya karena kasus hukum. Dan ini terjadi pada Februari 2013 di mana kala itu Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum ditetapkan KPK sebagai tersangka dalam kasus korupsi Hambalang.
Adapun Golkar, diberitakan paling kencang pada Oktober yang ditandai tertangkapnya mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Akil Mochtar dalam kasus suap sengketa pilkada, yang juga menyeret kader Golkar Ratu Atut Chosiyah (Gubernur Banten) dan keluarganya.
Sebaliknya, partai yang paling banyak memiliki pemberitaan positif adalah Partai Nasdem 34,54 persen, Partai Hanura 31,9 persen, PDI Perjuangan 26,26 persen dan Partai Gerindra 26,19 persen.
"Partai yang paling banyak tone positif tidak lepas dari perannya sebagai oposisi," katanya lagi.