TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jajak pendapat terbaru yang dirilis lembaga survei makin mengokohkan PDIP sebagai parpol terbanyak yang didukung rakyat Indonesia.
Jika pemilu digelar hari ini, PDIP akan digjaya di nomor wahid dengan dukungan 19 persen lebih, sedangkan Golkar di posisi runner up dengan 17 persen. Sebaliknya Demokrat "terkubur" di luar posisi tiga besar.
Pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Ari Junaedi memprediksikan semakin moncernya elektabilitas PDIP diberbagai survei pasti akan meluluhkan pendapat elit-elit PDIP dalam pencalonan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo sebagai calon presiden yang akan diusung partai berlambang banteng moncong putih itu.
Belum lagi sinyal yang dilontarkan Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputeri beberapa waktu lalu yang menyebut bisa saja pendeklarasian capres dilakukan sebelum pemilu legeslatif.
Semula, Megawati maupun elit-elit PDIP selalu bilang soal capres yang akan disokong PDIP diserahkan pada Megawati dan akan diumumkan setelah pemilu legeslatif.
"Dalam politik, timing menjadi hal yang penting dicermati mengingat perubahan situasi dan kondisi yang begitu cepat. Kejengahan rakyat akan tipikal kepemimpinan sekarang dan beralihnya idola masyarakat akan Jokowi hendaknya dijadikan pegangan PDIP," kata Ari Junaedi kepada Tribunnews.com, Selasa (18/2/2014).
"Fenomena Jokowi tidak bisa dibendung lagi, PDIP harus merespon cepat. Baru di pemilu sekarang, ada nama kader partai lain tetapi ramai-ramai didukung parpol lain. Lihat saja Demokrat yang gagal menarik Jokowi di pentas konvensi serta PPP yang mulai menyuarakan nama Jokowi sebagai kandidat capres dari partai belambang Kabah," katanya.
Pengajar Program Pascasarjana UI, Universitas Diponegoro Semarang, Universitas Dr Soetomo Surabaya dan Universitas Persada Indonesia YAI Jakarta ini, menegaskan, Jokowi merupakan aspirasi keinginan rakyat kebanyakan. Rakyat sudah kadung merindukan tipe pemimpin biasa-biasa saja tetapi sanggup melakukan hal-hal yang luar biasa.
"Tipe pemimpin seperti ini ada pada Jokowi," Ari Junaedi meyakini.