TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat Psikologi Politik Universitas Indonesia (UI) Hamdi Muluk mengingatkan bahwa euforia pencapresan Joko Widodo seperti halnya yang terjadi Pemilu tahun 2004 dan 2009.
Saat itu, kata Hamdi, rakyat dibuai oleh pemfiguran Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kini masyarakat dibuai oleh Gubernur DKI Jakarta, Joko "Jokowi" Widodo.
Dalam diskusi Inilah Demokrasi bertajuk "Mencari Tokoh Pesaing Jokowi" di Soeltan Coffee, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu (26/2/2014), Hamdi mengatakan fenomena tersebut menunjukan kecenderungan masyarakat yang mudah terbuat kemasan ketimbang substansi.
"Kita belajar tahun 2004 dan 2009 yang kelihatannya berkilau tapi hasilnya seperti ini," katanya.
Lebih lanjut Hamdi menegaskan, jika euforia masyarakat hanya terbatas di sosok Jokowi, tanpa mempertimbangkan potensi pihak lain, maka hal itu akan menimbulkan proses demokrasi yang tidak sehat.
"Harusnya kita tidak cepat puas melihat kemilau ini. Jangan lihat sekejap itu emas, emas. Gawat juga kita, apa betul (Jokowi) ini yang terbaik, buka kemungkinan-kemungkinan, jangan takut, itulah demokrasi yang sehat," katanya.