Laporan Wartawan Tribunnews, Eri Komar Sinaga
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Ketua Dewan Syuro Partai Bulan Bintanag (PBB), Yusril Ihza Mahendra terlihat kesal dengan seorang panelis, Salim Said, dalam debat publik Calon Presiden RI Konvensi Rakyat, di Balai Sudirman, Jakarta, Rabu (12/3/2014).
Sebenarnya awal dialog antara Salim dan Yusril berjalan lancar dan diiringi senyum. Saat itu Salim bertanya kepada Yusril mengapa ikut konvensi sementara dia adalah pemimpin partai politik.
Yusril pun menjawab bahwa dia ikut konvensi karena tidak ada larangan dan terbuka bagi siapa saja yang ingin ikut. Lagipula, kata dia, keikutsertaan dia dalam Pemilihan Umum Presiden bergantung kepada PBB karena amanat UUD 1945 calon presiden harus diusulkan oleh partai politik peserta Pemilu.
Salim kemudian bertanya apa langkah Yusril jika terpilih menjadi presiden namun tidak mendapat dukungan DPR.
Yusril kemudian menjawab sudah berpengalaman menangani DPR karena telah tiga kali menjaid menteri.
Saat itu, Yusril kemudian melontarkan pertanyaan kepada Salim apa pendapatnya syarat calon presiden harus memiliki 20 persen di DPR.
Salim menolak menjawab karena menegaskan tugasnya adalah untuk bertanya dan bukan menjawab.
Waktu kemudian habis berdebat antara kedua tokoh itu. Salim mengatakan pertanyaan tersebut sebenarnya ditujukan kepada seluruh peserta konvensi. Namun karena kebagian Yusril, Salim menanyakan hal tersebut kepada dia.
Menurut Salim, hak tersebut berhubungan dengan amandemen UUD 1945 dimana kedudukan MPR diturunkan dari lembaga tertinggi sehingga DPR menjadi sangat berkuasa.
Yusril mulai kesal karena pertanyaan tersebut harusnya ditujukan kepada yang mengamendeman UUD 1945.
"Amandemen kan bukan kerjaan saya. Tanya sama mereka. Anda disuruh tanya sama (pada) saya (sebagai panelis). Panitia tolong diingatkan panelis satu ini. Harus keluar dia," kata Yursil kesal sembari memandang ke arah panitia.