TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Partai politik (parpol) yang mengusung tema mengembalikan Indonesia ke suasana Orde Baru saat dikuasai Presiden Soeharto, dinilai hanya membuka luka lama bangsa.
Menurut pengamat politik dari Central Strategic International Studies (CSIS) J. Kristiadi, boleh saja partai menggunakan simbol atau figur seorang tokoh dalam kampanyenya. Namun jika ada partai yang mengusung Soeharto dalam kampanyenya, ia menilai hal tersebut seperti perjuangan melawan lupa.
"Soeharto sebagai mantan Presiden pasti ada jasanya untuk Indonesia. Tapi tidak bisa ditutupi bahwa Soeharto mempunyai kesalahan pada era kepemimpinannya," ujar Kristiadi, Kamis (20/3/2014).
Ia menuturkan rezim Soeharto kala itu diketahui banyak melakukan monopoli, baik monopoli kekuasaan dan kebenaran. Pada saat itu, kata Kristiadi, kebebasan berpendapat tidak ada dan banyak asset negara dikuasai penuh oleh kroninya.
“Pada rezim Soeharto tentu banyak orang yang merasa tidak nyaman, takut dan lain-lain. Jika sekarang ada partai yang mengusung nama Soeharto sebagai jargon kampanyenya, ini seperti membuka luka lama bangsa ini. Dan ini bukan pendidikan politik yang bagus,” paparnya.