Laporan Wartawan Tribunnews.com Nurmulia Rekso Purnomo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Paket berisi paku dan petasan di bekas kantor DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), diduga merupakan aksi teror terkait politik.
Pasalnya, bekas kantor PKB di Jalan Kalibata Timur I nomor 12, Pancoran, Jakarta Selatan, itu kekinian menjadi markas Partai Kebangkitan Bangsa Indonesia Baru (PKBIB).
PKBIB adalah puak yang dibentuk anak Presiden keempat RI Abdurrahman "Gus Dur" Wahid, Yeny Wahid, setelah berseteru dengan PKB Muhaimin Iskandar.
Selain itu, paket tersebut ditujukan kepada seorang aktivis Gusdurian bernama Tarso Ngudi Nugroho (39). Gusdurian, adalah sebutan untuk kelompok pencinta pemikiran Gus Dur.
Tarso sendiri, Kamis (10/4/2014) malam, mengaku tidak tahu siapa yang mengirim paket mencurigakan tersebut.
Dalam bungkus paket yang dikirim melalui jasa titipan kilat itu, tidak tertera nama si pengirim. Paket itu, hanya memuat alamat si pengirim, yakni dari Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat.
"Saya tidak tahu siapa yang mengirim, apa masalahnya saya juga tidak tahu," terangnya.
Tarso mengakui, kerap ke bekas kantor PKB itu untuk bergaul dan berdiskusi dengan sesama aktivis Gusdurian.
Sudah sejak dua tahun terakhir Tarso sering datang di bekas kantor PKB itu, untuk bergaul dan bertukar pikiran oleh sesama Gusdurian.
Paket tersebut, diterima petugas keamanan kantor bernama Muhaimin, pada Rabu (9/4/2014). Tarso sendiri, baru ke kantor tersebut pada Kamis sore. Saat Tarso membuka paket itu, diketahui isinya adalah paku dan sejumlah petasan kecil.
Selain itu, paket itu juga terdapat surat berisi tulisan singkat: "Jangan kau rusak PKB hanya karena kalian tidak mendapat posisi."
"Saya bukan kader PKB, saya hanya pencinta Gus Dur, saya tidak tahu apa maksudnya merusak PKB itu, saya akhirnya lapor ke polisi," Tarso.
Paket itu, akhirnya dibongkar dan diamankan oleh tim Gegana Polri, Kamis malam. Beruntung, kekhawatirannya terhadap kemungkinan paket itu berisi bahan peledak, tidak terbukti.