News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pemilu 2014

Populi Center Klaim Survei yang Dilakukan Akurat

Editor: Rachmat Hidayat
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Lembaga survey Populi Center mengklaim hasil penghitungan cepat atau quick count yang dilakukan pada Pemilihan Legislatif tanggal 9 April lalu, akurat dibandingkan lembaga survey lainnya.

Pasalnya, metode yang digunakan adalah random sampling secara proporsional yang mencakup 33 provinsi,77 daerah pemilihan, dan dibantu sebanyak 2.000 orang relawan.

"Jumlah TPS sampel 2.000, satu desa atau kelurahan sama dengan satu TPS. TPS dipilih oleh relawan  menggunakan angka acak yang kami sediakan," papar Nico Harjanto, Ketua Populi Center, Jumat (11/4/2014).

Menurutnya, dari hasil akhir penghitungan cepat atau quick count yang dilakukan Populi Center dari tanggal 9 April hingga 10 April 2014 memperoleh angka yang stabil dengan total suara sebanyak 98,6 persen.

Berdasarkan hasil penghitungan akhir Populi Center menyebutkan PDIP meraih suara18,2 persen, diikuti oleh Golkar sebanyak 15,05 persen, Gerindra 12,1 persen, Demokrat 10,2 persen, PKB 8,65 persen, PAN 7,47 persen, PPP 7,02 persen, PKS 6,99 persen

Kemudian, Nasdem 6,75 persen, Hanura 5,17 persen, PBB 1,46 persen, serta  PKPIsebesar 1,04 persen.
 
Nico mengungkapkan, dari penghitungan tersebut ada dua partai yang tidak lolos parliamentary treshold (PT) yaitu Partai Bulan Bintang (PBB) dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) karena untuk masuk DPR partai politik harus mendapat suara minimal sebesar3,5 persen.

Sementara itu, partai dengan perolehan suara tertinggi, PDIP dengan 18,2 persen, imbuhnya,  belum cukup memenuhi syarat presidential treshold sehingga diperlukan koalisi dengan partai lainnya.

Menurut Nico, ada beberapa skenario yang dapat diperhitungkan agar partai politik bisa memenuhi presidential threshold. Skenario pertama, Nico menganjurkan PDIP cukup berkoalisi dengan partai pendatang baru, seperti Nasdem atau bisa juga dengan PKB.

"Skenario lain, koalisi Golkar dengan PKS karena memiliki karakter yang sama dalam hal sikap politiknya yang mengikuti koalisi pemerintah, namun bertindak seperti oposisi. Kemudian, koalisi antara Gerindra, Hanura, PPP, Demokrat, dan PAN," ujarnya. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini