TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Sekretaris Jendral Partai Demokrat, Andi Nurpati menyebut perolehan suara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang berdasarkan hasil hitung cepat mencapai sekitar 19 persen, bukan gara-gara Jokowi Efek.
Diskusi bertajuk 'Tiga Skenario Koalisi Capres Pilpres 2014', yang dilaksanakan Saiful Mujani Research Consulting (SMRC), Andi menyebut kenaikan perolehan suara terjadi di banyak partai, tidak hanya di PDIP yang telah mengusung Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo alias Jokowi sebagai calon presiden.
"Tidak ada faktor Jokowi efek, (yang) ada faktor dulu pisah, sekarang ke PDIP semua," katanya.
Pada pileg 2009 PDIP memperoleh suara sekitar 14,3 persen, sedangkan pada berbagai hitungan cepat pileg kali ini diketahui perolehan suara PDIP meningkat hingga sekitar 19 persen, atau dengan kata lain ada peningkatan sekitar 5 persen suara.
Menurut Andi, peningkatan itu dikarenakan kader dari partai pecahan PDIP salah satunya adalah Partai Demokrasi Pembaruan besutan Roy BB. Janis pada pemilu 2014 ini kembali mendukung PDIP. Fenomena yang sama juga terjadi di partai lain, seperti di Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Berdasarkan hasil hitungan cepat sejumlah lembaga diketahui PKB memperoleh 9 persen suara pada pileg 2014, dibandingkan pemilu 2009 suara PKB naik sekitar 4 persen. Sedangkan PAN yang mendapatkan 7 persen suara, diketahui naik sekitar 1,5 persen dibandingkan pemilu 2009.
Politisi PDIP, Aria Bima yang ditemui wartawan usai diskusi mengatakan target PDIP sebesar 27 persen tidak terpenuhi bukan karena tidak ada Jokowi Efek. Ia yakin Jokowi yang merajai berbagai survei soal elektabilitas calon presiden itu, telah mendongkrak suara PDIP. Ia percaya kegagalan PDIP mencapai target adalah karena hal lain.
"Su'uzon (prasangka buruk-red) kita itu money politik," katanya.