TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto, yang merupakan calon presiden dari partai tersebut, dianggap tepat jika diduetkan dengan Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie atau Ical, sebagai pasangan capres-cawapres dalam pilpres kali ini.
Sebab, Prabowo dan Ical sama-sama memiliki program yang sejalan dan beriringan, sehingga jika disatukan akan semakin mempercepat peningkatan kesejahteraan rakyat.
"Jika mereka dipasangkan, jelas sekali mereka akan pro rakyat, karena programnya sejalan, beriringan dan saling melengkapi. Ini prediksi politik saya. Selain itu, program keduanya sudah disusun matang dan terstruktur," kata Tantowi Yahya, Wasekjen Partai Golkar, saat dihubungi wartawan, Rabu (7/5/2014).
Ia menjelaskan, Ical diketahui sudah menggulirkan program negara dalam peningkatan kesejahteraan rakyat hingga tahun 2045.
Dalam programnya, di setiap satu dasawarsa, Indonesia ditargetkan berkembang drastis dalam sejumlah bidang yakni infrastruktur, pendidikan, penciptaan lapangan kerja, dan bidang lain yang bermuara pada maksimalisasi pembangunan di Indonesia.
"Semuanya sejalan dengan program Prabowo dan Partai Gerindra-nya yang fokus pada peningkatan pertanian, dan berbagai bidang kehidupan ekonomi kerakyatan. Sinergi ini sangat baik sekali," katanya.
Sinyal adanya kemungkinan koalisi antara Partai Gerindra dan Golkar tampak jelas setelah Prabowo bertemu Ical beberapa waktu lalu. Dalam kesempatan itu, Prabowo menyatakan kemungkinan koalisi kedua partai bisa berlangsung cepat.
"Tidak lama lagi," katanya.
Sementara itu, pengamat politik dari Charta Politika, Yunarto Wijaya, mengatakan Prabowo dan ARB sama-sama dapat memobilisasi massa secara optimal di berbagai daerah untuk ikut mendukung program kesejahteraan mereka.
"Ini berpotensi menjadi pasangan kuat dan mampu mengalahkan pasangan capres dan cawapres dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP," katanya.
Ia mengatakan Partai Gerindra dan Partai Golkar juga sama-sama memiliki mesin politik yang besar dan tersebar merata. Apalagi, katanya, didukung pula kedua tokoh itu memiliki kemampuan finansial yang besar.
"Hal ini sesuai dengan demokrasi Indonesia yang belum sepenuhnya berlandasan aspek partisipasi, tetapi masih didominansi aspek mobilisasi," katanya.
Karenanya, kekuatan partai ditunjang kekuatan finansial akan sangat menentukan para tokoh dalam berkompetisi meraih hati rakyat disamping program yang realistis dan pro rakyat.
Berdasarkan hasil perolehan suara quick count Pemilu Legislatif 2014, Partai Golkar meraih 14 persen dan Partai Gerindra meraih 11 persen.
Karenanya jika keduanya berkoaliasi maka mereka mengajukan pasangan Prabowo dan Ical sebagai capres-cawapres tanpa harus menunggu kepastian koalisi dengan parpol lain. Yunarto menilai kedua partai itu lebih memiliki persiapan berkompetisi dibanding PDIP yang terkendala persoalan internal.
"Jika PDIP tidak melakukan perubahan dalam strategi kampanye, maka tidak tertutup kemungkinan mereka terjungkal olah pasangan Prabowo-ARB," kata Yunarto.
Namun demikian, tambah Yunarto, pasangan Prabowo dan Ical, harus ekstra hati-hati karena sejumlah isu negatif rentan menerpa mereka dan bisa digulirkan untuk menurunkan citra keduanya.(bum)