TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie (Ical) menegaskan tidak ada pembahasan mengenai nama Sri Sultan Hamengku Buwono X sebagai kandidat Calon Presiden (Capres) yang akan didukung.
Dalam pertemuan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), di Kantor Presiden, Ical tegaskan, kedua belah pihak hanya membahas mengenai prinsip-prinsip bertangung jawab terhadap Indonesia kedepan.
"Jadi kita tidak membahas nama. Kita membahas prinsip bahwa kita bertanggungjawab pada Indonesia kedepan," tegas Ical saat memberikan keterangan pers di kantor Presiden, usai bertemu SBY.
Ical didampingi Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar Sharif Cicip Sutardjo, Agung Laksono dan Politisi senior Golkar sekaligus Menteri Perindustrian MS Hidayat.
Hal ini diutarakan Ical, ketika menanggapi pernyataan Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat Amir Syamsuddin bahwa partainya membidik Sri Sultan Hamengku Buwono X sebagai kandidat Calon Presiden yang akan diusung pada Pemilu Presiden (Pilpres) Juli mendatang.
Sebelumnya, Amir Syamsuddin mengatakan, partainya membidik salah satu tokoh Partai Golkar, Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai kandidat calon presiden yang akan diusung pada Pemilu Presiden 2014.
Menurut Amir, alasan memilih Sultan karena elektabilitasnya bisa bersaing dengan dua kandidat bakal capres lainnya, yaitu Prabowo Subianto dan Joko Widodo. Amir menyebutkan, berdasarkan survei yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI), elektabilitas Jokowi berada di kisaran 5-26 persen, sementara Prabowo 17-18 persen. Di posisi ketiga, ada Sultan dengan 15 persen.
“Nah, kemudian di posisi ketiga adalah Sri Sultan Hamengku Buwono X yang coba dipasangkan dengan salah satu peserta konvensi, hasilnya ternyata 15 persen. Tidak jauh berbeda. Apalagi masih ada massa mengambang 41 persen,” kata Amir.
Menteri Hukum dan HAM itu menilai, Partai Demokrat masih memiliki peluang untuk memberikan pilihan lain kepada rakyat di luar Jokowi dan Prabowo. Akan tetapi, ia mengakui, untuk mengusung Sultan, Demokrat harus realistis terkait upaya membangun koalisi dengan partai lain untuk memenuhipresidential threshold.
“Yang jelas, kalau lihat di sini, tidak ada maksud apa pun juga untuk mencoba mengganggu dua calon yang sudah ada. Saya kira ini untuk alternatif, bisa memberikan pilihan demokrasi yang lebih baik juga untuk bangsa,” kata Amir.
Sementara ketika ditanya siapa peserta konvensi yang disiapkan untuk berpasangan dengan Sultan, Amir tak mau menyebutkan.