TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Haris Rusly, aktivis Petisi 28 menyatakan bila Jokowii berpasangan dengan Jusuf Kalla, itu adalah sebuah langkah politik sangat mundur.
Langkah yang jauh melebihi kemunduran di era Soeharto. Jusuf Kalla dianggapnya haus kekuasaan dan anti regenerasi kepemimpinan nasional.
"Sebaiknya Cawapresnya Jokowi itu dari kalangan yang lebih muda, seperti Puan Maharani, Abraham Samad dan atau Ahok. Bukan figur kakek kakek seperti Jusuf Kalla yang telah menjadi Wapres nya SBY dan pernah gagal menjadi Calon Presiden," ungkao Haris Rusly dalam pernyataannya kepada Tribunnews.com, Kamis (15/4/2014)
Bila, mempertimbangkan aspek penguatan parlemen, lanjutnya, sebaiknya Jokowi mengambil Cawapres yang menutupi kelemahannya Jokowi, yaitu figur yang berasal dari Golkar, kalangan tentara, dunia usaha, dan luar jawa.
"Figur yang dapat menutupi kelemahan Jokowi tersebut adalah Jenderal Luhut Panjaitan. Pak Luhut adalah seorang tentara, pimpinan DPP Golkar, pengusaha, berasal dari luar Jawa dan mempunya jaringan international yang cukup kuat," ujarnya.
"Pasangan Jokowi-Puan atau Jokowi-Abraham atau Jokowi Luhut sangat ideal dan berpeluang menang," katanya lagi.
Aktivis Petisi 28 Tolak Jokowi Berduet dengan Jusuf Kalla
Editor: Rachmat Hidayat
AA
Text Sizes
Medium
Large
Larger