News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Calon Presiden 2014

Pengamat: Demokrat Sedang Galau Pinang Sri Sultan HB X Jadi Calon Presiden

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Rachmat Hidayat
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sri Sultan Hamengku Buwono X

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat komunikasi politik Ari Junaedi menilai pengajuan nama Sri Sultan Hamengku Bowono X sebagai Calon Presiden dari Partai Demokrat makin menunjukkan Partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono memang tengah galau berat.

Kegalauan Demokrat memang beralasan. Karena Partai penguasa 10 tahun itu "ditinggal" partai-partai lain yang telah berkoalisi terlebih dahulu. Yakni, PDIP dengan Nasdem dan PKB sepakat menajukan Jokowi sebagai capres. Kekuatan poros ini makin bertambah jika Golkar dan Hanura jadi bergabung.

Sementara Partai Gerindra makin menyolidkan barisan dengan PAN, PPP serta PKS.

Selain itu Ari juga melihat pengajuan nama Sultan sebagai Capres alternatif dari Demokrat sebagai bentuk "kegamangan" dari partai besutan SBY.

Lebih jauh menurut Ari, sebaiknya Demokrat lebih mengoptimalkan konvensi. Mengingat konvensi sendiri kian memasuki babak akhir. Penentuan Capres tentu tidak bisa diajukan sendiri oleh Demokrat. Pasti kompromi dengan mitra koalisi yang diajaknya.

Karena itu, dia menilai, jika Demokrat nekat mengajukan calon lain seperti Sri Sultan apa gunanya digelar konvensi yang telah menghabiskan energi, dana dan waktu dari sebelas kandidat?

"Sama saja Demokrat membuang starting XI--merujuk ke sebelas peserta konvensi untuk mengambil calon baru yang tidak berkeringat sama sekali. Bisa jadi, pemenang konvensi yang didapuk menjadi cawapresnya Sultan tetapi apakah mitra koalisi lainnya mau dan bersedia Itu soal lain," kupas Ari Junaedi, ketika dihubungi Tribunnews.com, Jumat (16/5/2014).

Selain itu, menurut pengajar program pascasarjana Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang ini, Sultan HB X tentunya tidak mudah mengiyakan pinangan Demokrat mengingat punya kisah masa lalu yang "kelam" dengan Demokrat.

"Sultan pasti ingat dengan lamaran SBY untuk mendampinginnya sebagai cawapres sebelum nama Boediono masuk. Tentu Sultan tidak ingin cerita di pilpres 2009 terulang kembali. Sudah siap menjadi cawapres namun berakhir sad ending," timpal Ari Junaedi.

Dalam amatan dosen Pasca-sarjana Komunikasi Politik di Universitas Persada Indonesia (UPI YAI) dan Universitas Dr Soetomo (Unitomo) Surabaya ini, Golkar tentu akan realistis memilih barisan koalisi yang akan memenangkan pilpres. Tentu Golkar tidak mau mengambil resiko politik yang tinggi.

Terlebih lagi, kata dia, Demokrat juga harus menyelesaikan konvensi terlebih dahulu, untuk memastikan "jualan" pemenang konvensi menarik minat barisan koalisi yang sudah ada.

"Jika langkah ini gagal, Demokrat tentu harus bersiap diri menjadi partai "jomblo" dan memilih oposisi. Oposisi adalah langkah terbaik bagi Demokrat," tuturnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini