TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - DUA pasangan bakal calon presiden telah mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum. Prabowo Subianto berpasangan dengan Hatta Rajasa, dan pasangan Joko Widodo - Jusuf Kalla. Untuk memenangkan pertempuran Pilpres pada 7 Juli mendatang, kedua kubu membangun 'markas besar' masing-masing. Kubu Prabowo - Hatta menempati Rumah Polonia, sedangkan Jokowi - Hatta memiliki Jokowi Center. Ini lah kisah-kisah mengenai markas tim pemenangan kedua tim:
MENGAJI dan menghapal ayat-ayat suci Alquran adalah kegiatan rutin yang dilakukan di rumah besar berwarna putih di Jalan Cipinang Cempedak I, Jakarta Timur. Namun, kini kegiatan tersebut kalah pamor dari kegiatan politik kubu calon presiden-wakil presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Fadli Zon mengatakan bahwa pemilik Rumah Polonia adalah H Harris Tahir, Ketua Umum Majelis Dzikir SBY Nurussalam. Di majelis tersebut, Susilo Bambang Yudoyono menjabat sebagai ketua dewan pembina.
Namun, Kepala Rumah Tangga Rumah Polonia HM Utun Tarunajaya mengatakan bahwa H Harris Tahir hanya penyewa. Rumah Polonia yang berdir di laha seluas sekita 5.000 meter persegi disewa untuk menampung para santri yang kegiatan rutinnya adalah mengaji dan menghapal Alquran.
Sejatinya, Polonia adalah nama kawasan di sebelah barat Pangkalan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Kawasan Polonia menyatu dengan Cipinang Cempedak dan ada batas yang tegas antara keduanya. Disebut Polonia karena pada zaman dulu, di wilayah itu terdapat kantor konsulat Polandia (dalam bahasa Latin: Polonia).
Rumah Polonia pada masa sekarang merupakan hasil renovasi. Pada dasarnya, rumah tersebut berarsitektur gaya Indische Empire yang ciri-cirinya antara lain memiliki teras lebar dan sederet pilar jangkung.
Jejak masa lalu Rumah Polonia terdapat pada pilar besar dan tinggi di depan dan jendela-jendela yang tinggi. Pintu depan dan pintu belakang rumah terletak pada satu garis lurus dan melewati ruang tengah yang luas dan tak memiliki sekat. Lantai dua di rumah tersebut berupa balkon yang menyatu pada keempat sisi rumah. Ruang dalam rumah tersebut kini ditempeli gambar-gambar Prabowo-Hatta.
Jejak masa lalu juga ada pada bungker atau ruang bawah tanah yang memanjang dari depan sampai ke salah satu ruangan di dalam rumah. "Terowongan ini tembus sampai pintu gerbang," kata Utun ketika menemani wartawan berkeliling Rumah Polonia, Senin (19/5/2014). "Tapi
sekarang tidak digunakan lagi," imbuhnya. Pintu ke terowongan bawah tanah tersebut ditutup papan selebar dua meter. Menurut Utun, ruangan bawah tanah itu, sesekali difungsikan sebagai gudang.
Rumah Polonia disebut-sebut sebagai rumah bersejarah karena terkait Presiden pertama RI, Soekarno. "Bung Karno kurang lebih sekitar 4 sampai 5 tahun tinggal disini sekitar tahun 60-an," kata Putun. Rumah Polonia kemudian dibeli mantan Jenderal Makmun Murod lalu dimiliki
mertua Pak Hayono Isman. "Sekarang kami mengontrak dua tahun dari Gema Indonesia," kata Putun.
Informasi yang berkembang, Rumah Polonia adalah rumah yang pada tahun 1960-an ditempati Yurike Sanger, istri ke-8 Bung Karno. Sayang tak ada bukti yang sangat kuat yang menunjukkan Bung Karno pernah tinggal di Rumah Polonia.
Rumah Polonia sempat jadi markas tim pemenangan Partai Amanat Nasional (PAN). Karena itu, di bagian depan rumah itu pernah terpampang poster besar bergambar Ketua Umum DPP PAN, Hatta Rajasa. Setelah PAN dan Partai Gerindra berkoalisi, poster yang dipasang bergambar Prabowo - Hatta.
Rumah Polonia dipilih jadi lokasi deklarasi Prabowo-Hatta karena faktor Bung Karno. "Pemilihan lokasi ini didasari oleh harapan dan inspirasi untuk dapat kembali menghidupkan jiwa kepemimpinan Presiden Soekarno," kata Budi Purnomo, Koordinator Prabowo Media Center. (tribunnews/seno tri sulistyono/wahyu adji)