News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Calon Presiden 2014

Pengamat: Blunder Bila Demokrat Pilih Prabowo-Hatta

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Marzuki Alie telah memilih "berlabuh" ke kubu capres-cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Padahal rapat pimpinan nasional Demokrat yang diadakan beberapa waktu lalu, mayoritas menginginkan bersikap netral.

Pengamat komunikasi politik Ari Junaedi menilai langkah Demokrat memilih jalur netral dan tidak berpihak adalah langkah yang tepat. Bahkan jika memilih oposisi, justru lebih bagus lagi.

Karena, selain melakukan investasi politik untuk pemilu 2019 nanti, menurut Ari, pilihan oposisi bagi Demokrat sangat penting yakni untuk kontemplasi bagi rentetan kasus-kasus korupsi yang memalukan citra partai yang katanya santun dan bersih itu.

Namin, tegas dia, jika sekarang Demokrat akan memihak kubu Prabowo-Hatta maka image Demokrat sebagai partai "sehidup-semati" dengan partai besan akan semakin terbukti.

"Meskipun antara SBY dengan sang besan yakni Hatta Rajasa pasti memiliki kepentingan yang sama dalam hal penyelamatan karir politik Ibas Yudhoyono jika nantinya Prabowo menang di Pilpres 9 Juli besok,"ucap Ari Junaedi, ketika dihubungi Tribunnews.com, Rabu (28/5/2014).

Menurut pengajar Program Pascasarjana Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Diponegoro (Undip) ini, blunder jika Demokrat bergabung dalam gerbong besar koalisi Gerindra-PPP-PKS-PAN-Golkar-PBB ini.

Apalagi, citra koalisi ini sedang dirongrong berbagai masalah kasus korupsi, kerusakan lingkungan dan belum tuntasnya kasus pelanggaran HAM. Jika Demokrat bergabung, lengkap sudah pandangan jelek terhadap berkumpulnya timbunan-timbunan kasus rasuah.

"Suryadharma Ali (PPP) dengan kasus Haji, MS Kaban (PBB) dengan kasus Anggodo serta episode lanjutan kasus Haji dengan yang besar kemungkinan menyeret politisi PPP dan PKS, maka rugi jika Prabowo menerima Demokrat dan Demokrat juga blunder," ujarnya.

Menurutnya, tetaplah Demokrat menjadi motor penggerak oposisi agar kekuatan semua partai tidak terpolarisasi mengkutub menjadi dua kubu yang saling diametral secara politik.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini