TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sosiolog Universitas Indonesia Thamrin Amal Tomagola menilai, karakter dan sifat emosional di dalam diri Prabowo Subianto sangat berbahaya jika diserahkan untuk memimpin masyarakat Indonesia.
Apalagi, kata Thamrin, Prabowo memiliki sikap tegas yang tidak beradab dan berbudaya bahkan cenderung beringas.
Menurut Thamrin, penilaiannya tentang Prabowo memiliki dasar yang kuat karena diambil berdasarkan rekam jejak dan perjalanan sejarah hidupnya. Sejak muda, lanjut Thamrin, Prabowo telah menunjukkan tanda-tanda memiliki ketidakstabilan emosi, ketidakmatangan berpikir dan ketenangan dalam bertindak.
"Ini orang sangat berbahaya kalau memegang kekuasaan. Karakter yang dimiliki Prabowo itu sangat berbahaya kalau memegang kekuasaan," kata Thamrin kepada wartawan di Jakarta, Selasa (3/6/2014).
Padahal, lanjutnya, seorang presiden harus memiliki kestabilan emosi, kematangan berpikir dan ketenangan sebelum bertindak.
Thamrin mencontohkan, Prabowo pernah meninggalkan tugas saat mengikuti pendidikan militer di Magelang, Jawa Tengah. "Prabowo kemudian pulang ke Jakarta. Tidak lama kemudian, ia diantar kembali ke sekolah militer
oleh bapaknya. Di militer ini dikenal istilah desersi (lari dari dinas ketentaraan-red)," ujar Thamrin.
Dari kejadian itu, kata Thamrin, menunjukkan bahwa Prabowo tidak memiliki kematangan berpikir dan kestabilan emosi. "Terlalu kekanak-kanakkan," ujar Thamrin. Tidak hanya itu, lanjut Thamrin, Prabowo juga memiliki catatan buruk saat berdinas di ketentaraan.
Thamrin mengungkapkan, dirinya mendapat cerita dari Jenderal Purnawirawan Luhut Binsar Panjaitan yang pernah menjadi komandan Prabowo di TNI Angkatan Darat. "Seperti yang diceritakan Pak Luhut, Prabowo beberapa kali berupaya melakukan perebutan kekuasaan bersenjata," ujar Thamrin mengutip cerita Luhut.
Selain itu, Thamrin menilai, sikap tegas yang kerap dicitrakan oleh Prabowo selama ini juga mengarah pada kekerasan. Menurutnya, ketegasan yang dimiliki Prabowo disampaikan dengan cara yang sangat beringas.
"Ketegasan Prabowo berdasarkan ledakan emosi. Marah-marah, suka melempar sesuatu," ujar Thamrin.
Oleh karena itu, menurut Thamrin, rakyat harus menilai pemimpin berdasarkan kriteria-kriteria yang terukur sebelum memilih pada 9 Juli mendatang. Selain kriteria memiliki pengalaman di pemerintahan, lanjut Thamrin, kriteria lainnya seperti karakter dan sifat harus juga menjadi pertimbangan.