News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Calon Presiden 2014

Letjen Purn Kiki Syahnakri: Tak Mungkin Babinsa Bergerak Atas Inisiatif Sendiri

Editor: Gusti Sawabi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Letjen Purnawirawan Kiki Syahnakri (kiri) menjadi pembicara pada acara Halaqoh Kebangsaan di kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI), Jakarta Pusat, Senin (1/10/2012). Acara ini membicarakan pengungkapan fakta dan peristiwa kelam tahun 1965, dimana terjadi pembunuhan sejumlah jenderal dan perwira Angkatan Darat serta diikuti dengan pembunuhan orang-orang yang diduga anggota PKI. TRIBUNNEWS/HERUDIN

Tribunnews.com, Jakarta - Mantan Wakil Kepala Satuan Angkatan Darat Letjen (Purn) Kiki Syahnakri menilai ada pihak yang sengaja memanfaatkan anggota Bintara Pembina Desa (Babinsa) untuk mengarahkan masyarakat memilih calon presiden dan wakil presiden tertentu.

Kiki menilai tidak mungkin aparat babinsa bertindak atas inisiatif sendiri. "Ada yang bilang dipecat (Babinsa)-nya, jangan salahkan babinsa karena mereka setiap hari penuh lumpur kakinya di lapangan," kata Kiki dalam diskusi bertajuk "Barisan Jenderal dalam Pilpres: Posisi Militer dalam Politik Indonesia" di Jakarta, Sabtu (7/6/2014).

Menurutnya, pemanfaatan Babinsa ini bisa terjadi karena dua kemungkinan, yakni militer yang tergoda untuk terjun ke dunia politik praktis, atau pihak sipil yang sengaja menarik-narik militer untuk terlibat dalam politik praktis.

Di negara manapun, lanjut Kiki, militer kerap tergoda untuk terjun ke politik praktis. Di samping itu, katanya, pasukan militer yang solid kerap dikerahkan untuk disalahgunakan. Kiki menduga ada perintah yang diturunkan kepada aparat babinsa untuk mengerahkan warga memilih capres tertentu.

Perintah tersebut, lanjutnya, bisa datang dari tengah struktur komando. "Tidak dari pimpinan pucuknya tapi bisa saja dari penggalan komando," katanya.

Bukan hanya itu, lanjut Kiki, bisa saja ada pihak-pihak tertentu yang menyusupi militer dengan menggunakan operasi intelijen. "Nah ini akhirnya harus waspada, jangan sampai kita tergoda. Enggak ada prajurit yang salah, yang salah pimpinannya," sambung Kiki.

Guru Besar Universitas Pertahanan Prof Dr Salim Said mengatakan, TNI harus membuktikan siapa pihak yang mengarahkan babinsa tersebut. Bisa saja, menurut Salim, ada keterlibatan purnawirawan atau pensiunan TNI terkait masalah ini.

"Pasti ada orang yang lebih pintar yang berikan perintah kepada dia. Apakah ada perintah dari atas atau dari samping. Dari samping itu maksudnya komandan tidak tahu, ada yang intervensi peralat bainsa itu," ucapnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini