TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kontestasi Pilpres adalah ruang dinamis yang harus menggabungkan unsur tangibel dan intangibel dengan format Kompak. Bila indeks Kompak tinggi maka sisi kekuatan lawan akan sirna segera.
Demikian dikemukakan Ketua Umur "Opor Ayam Indonesia" Dody Susanto pada peluncuran "Gerakan Kampiun Dunia" di Jakarta, Kamis (12/6/2014). Kampiun merupakan akronim Kompak Aksi Membangun Peradaban Indonesia Unggul Nyata Dunia. Sementara "Opor Ayam Indonesia" dikenal sebagai salah satu organisasi pendukung Jokowi-JK di Pilpres 2014.
"Secara filosofis Kompak adalah kerukunan obat mujarab persatuan abadi kekal. Yang legendaris sebagai arsenal utama mengantarkan Indonesia maju berjaya raya di pentas dunia," kata Dody, yang juga dikenal sebagai pendiri SBY Fans Club yang memenangkan SBY-JK di Pilpres 2014 silam ini.
Dengan alasan itu, Dody mengatakan tridenta tiga kekuatan utama kampiun dunia kita adalah pancasila, kekayaan sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia Indonesia (Sudahmi).
Dody optimis kampiun dunia ada di depan mata karena itu semangat membangun estafet peradaban Indonesia tangguh dan amanah dengan Pancasila adakah satu keharusan.
Buat Dody kontestasi di Asia adalah masa lalu. Karena 18 April tahun 1955 di konfererensi Asia-Afrika bung Karno telah menginspirasi lahirnya 68 negara merdeka di Asia dan Afrika.
"Jadi Indonesia bukan lagi macan asia tapi sudah memimpin Asia sejak tahun 55. Sangat strategis kapitalisasi konvensi Asia-Afrika untuk kampiun dunia," kata dia.
Dijelaskan kini tiba saatnya melakukan revitalisasi semangat koferensi Asia-Afrika yang menggugah bangsa ini menjadi kampiun dunia.
"Jika dulu memerdekakan politik negara merdeka di Asia-Afrika maka saatnya memerdekakan kesejahrteraan dunia dengan bangga pada Pancasila (bersama anak negeri gegap gempita amal pancasila)," kata Dody.
Dijelaskan konsep yang diusung Capres Prabowo Subianto ingin menjadikan Indonesia macan asia adalah sebuah kemunduran sebab sejatinya bangsa kita sejak dulu telah menjadi pemimpin Asia-Afrika.
"Dimana 59 tahun lalu kita sudah pemimpin negara Asia-Afrika di konferensi itu. Dan syarat untuk menjadi kampiun dunia maka indeks Kompak harus tinggi," ujarnya.