TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua MPR RI Melani Leimena Suharli menilai capres Prabowo Subianto dalam debat capres dengan Jokowi sudah menyinggung keseriusannya untuk memperjuangkan berbagai program menyangkut perempuan, seperti kesehatan, pendidikan dan kemiskinan.
“Kalau soal pemberdayaan terhadap kaum perempuan, saya sudah mendengar dalam debat capres itu dari Pak Prabowo. Beliau akan meningkatkan angggaran untuk rumah sakit, menaikkan gaji perawat, bidan, dokter, membangun akses jalan, mempekerjakan TKW di negeri sendiri dan masih banyak lagi,” kata Wakil Ketua MPR RI Melani Leimena Suharli dalam dialog pilar negara ‘Peran perempuan dalam Pilpres 2014’ bersama pengamat pilitik UI Chusnul Mar’iyah, dan direktur eksekutif Indostrategi Andar Nubowo di Gedung DPR/MPR RI Jakarta, Senin (16/6/2014).
Menurut Wakil ketua MPR, hal itu penting, agar mendapat suara signifikan dalam Pilpres 9 Juli 2014 mendatang, karena suara perempuan mencapai 49 persen.
Selain itu Prabowo akan menghidupkan kembali BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional), klinik, Posyandu, Puskesmas dan sebagainya.
“Jadi, suara dan aspirasi kaum perempuan harus diperhatikan khususnya di lumbung-lumbung suara bukan saja di Jawa, melainkan di seluruh Indonesia, karena syarat UU mesti suaranya 20 % merata di 50 % provinsi se Indonesia. Kalau perempuan sejahtera, keluarga akan sejahtera, kalau ibunya sarjana, maka anak dipastikan sarjana. Tidak demikian kalau bapaknya profesor, belum tentu anaknya sarjana,” ujarnya.
Melani juga menyayangkan suara keterpilihan perempuan pada Pileg 9 April lalu menurun menjadi 17 % dari sebelumnya pada Pemilu 2009 sebesar 18 %.
“Meski banyak kalah akibat politik uang, namun saya terpilih bukan karena membagi uang atau money politics,” katanya.
Andar Nubowo mengatakan, ideologi seorang ibu bisa diwariskan kepada anaknya.. Karena itu kedua capres harus benar-benar memperhatikan suara kaum perempuan yang mencapai 93.172.645 ribu, selisih 200 ribuan dari suara laki-laki.
Lalu dari mana program pembangunan capres itu harus dimulai, agar konkret dalam memperjuangkan kaum perempuan; kesehatan, kemiskinan, dan atau pendidikan.
“Semua memang penting, tapi kalau ekonomi baik, maka semua akses baik pendidikan, kesehatan, dan kemiskinan akan terselesaikan. Jadi, harus memulai dari ekonomi,” kata Andar.