News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Calon Presiden 2014

Prabowo Dinilai Tidak Tahu Dampak Indonesia yang Terkena Krisis

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Badan Pemenangan Pemilu Pusat PDIP, Puan Maharani (tengah) didampingi Sekjen PDIP, Tjahjo Kumolo (kedua kiri), Ketua DPP Bidang Sumber Daya dan Dana PDIP, Effendi Simbolon (kanan), Wasekjen PDIP, Hasto Kristiyanto (kiri), dan Ketua DPD PDIP DKI Jakarta, Ahmad Basarah menunjukkan surat perintah dari Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri di Kantor DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Jumat (14/3/2014). Dalam surat perintah tersebut, PDIP mendeklarasikan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi) sebagai capres dari PDIP untuk maju dalam Pilpres mendatang. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Serangan yang dilakukan calon presiden Prabowo Subianto terhadap Indosat sebagai infrastruktur untuk pengoperasian drone, lebih menunjukkan ketidaktahuan Prabowo atas kondisi krisis, termasuk atas beban ekonomi nasional akibat LoI yang ditandatangani oleh Presiden Soeharto.

Juru Bicara Jokowi-JK, Hasto Kristiyanto, dalam keterangannya, Minggu (22/6/2014), menegaskan bahwa harus dicatat saat itu Prabowo lari ke luar negeri karena berbagai persoalan yang seharusnya diselesaikan di dalam negeri.

"Karena itulah Prabowo tidak memahami bagaimana dampak yang begitu besar atas krisis politik, krisis sosial, krisis ekonomi, dan moneter, serta disiplin ABRI saat itu yang rendah akibat tindakan indispliner yang dilakukan oleh Prabowo berdasarkan temuan dokumen DKP," kata Hasto.

Akibatnya, menurut dia, keputusan privatisasi Indosat sebagai pelaksanaan TAP  MPR pun tidak diketahui dengan baik oleh Prabowo.  

"Privatisasi merupakan pelaksanaan  TAP MPR guna mengurangi utang luar negeri  akibat kesalahan kebijakan jaman Presiden Soeharto.

Berbeda dengan "privatisasi  impor daging" dengan dampak korupsinya," kata Hasto.

Dijelaskan disitu tidak ada TAP MPR, tidak ada satupun landasan hukum, bahkan tidak ada landasan  moral yang bisa dipakai.

"Drone disampaikan sebagai konsepsi strategis atas kondisi  wilayah Indonesia yang begitu luas, dan terintegrasi dengan upaya perlindungan teritorial, pencegahan ilegal logging dan ilegal fishing, serta sebagai bagaian sistem patroli guna melindungi kedaulatan wilayah Indonesia," katanya.

Karena itulah, menurut Hasto, terhadap kebutuhan satelit pun, jika pertumbuhan ekonomi mencapai di atas 7%, dan kedaulatan ekonomi bisa ditegakkan, bukan mustahil Indonesia akan memiliki satelit sendiri.


Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini