TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nurhayati Ali Assegaf membantah dukungan Ruhut Sitompul kepada pasangan calon presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla telah direstui Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono.
Ketua Fraksi Partai Demokrat di DPR RI itu mengatakan Demokrat akan mengambil tindakan tegas jika Ruhut tetap mendeklarasikan dukungannya, Senin (23/6/2014) malam ini.
"Kalau dinyatakan SBY merestui, saya klarifikasi itu tidak benar. Saya kenal betul Pak SBY. Ini sangat mengganggu, khususnya bagi kader partai yang lain," ujar Nurhayati di Kompleks Gedung MPR/DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin siang.
Nurhayati mengatakan, dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Demokrat Mei lalu telah ditetapkan kesepakatan partai terkait dukungan kepada capres. Hasil Rapimnas menyatakan, 56 persen peserta meminta Demokrat untuk netral, 22 persen mendukung capres Prabowo-Hatta, dan 21 persen meminta membentuk poros baru bersama Golkar yang saat itu belum menentukan koalisi.
"Ini hasil yang digelar secara demokratis. Kalau memang Pak Ruhut memiliki pilihan dukungan yang lain, kenapa tidak dikemukakan saat rapimnas?" ujarnya.
Nurhayati mengatakan, selama ini Ruhut menjadi bagian tim sukses pemenangan peserta Konvensi Partai Demokrat, Pramono Edhie Wibowo. Ia menyebutkan, Ruhut tidak pernah menyatakan mendukung Jokowi meski pencalonan Jokowi sudah dideklarasikan sejak lama. Hal lain yang disayangkan Nurhayati adalah pernyataan Ruhut terkait dukungannya yang ia nilai membawa-bawa nama SBY.
"Kami minta Saudara Ruhut untuk tidak membawa nama SBY, khususnya dalam dukungannya pada capres lain yang tidak sesuai dengan hasil Rapimnas Demokrat," katanya.
Selain itu, ia juga meminta kader partai di daerah untuk melakukan komunikasi politik sesuai dengan arahan Rapimnas.
Dukungan Ruhut terhadap Jokowi itu akan disampaikannya dalam acara deklarasi yang digelar malam ini (baca: Dulu Menyerang, Kini Ruhut Dukung Jokowi-JK). Sebelumnya, Ruhut kerap mengkritik kinerja Jokowi di Pemprov DKI Jakarta (baca: Ruhut: Jokowi Pening Termakan Janji Sendiri). Dia bahkan kerap menyerang ketika Jokowi diwacanakan menjadi capres. (baca: Ruhut: Kalau Jokowi Capres, Apa Enggak Ketawa?)