TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politikus PDI-Perjuangan Eva Kusuma Sundari meminta pihak kepolisian mengambil tindakan tegas dan segera memanggil Riza Chalid.
Pasalnya menurut Eva, Riza merupakan orang yang saat ini disebut-sebut sebagai salah satu 'dalang' terbitnya tabloid Obor Rakyat. Dengan memanggil dan memeriksa Riza, diyakini Eva, semua yang diduga terlibat akan terbongkar.
"Jadi kan problemnya di Polisi. Kami sudah melaporkan kalau Obor Rakyat bukan produk jurnalis, berarti polisi yang membiarkan orang melakukan caci maki, black campaign. Itu semua kenapa dihalalkan? Periksa saja semua akan terbongkar," kata Eva saat dihubungi wartawan di Jakarta, Selasa (1/7/2014).
Eva yang merupakan anggota Komisi III DPR itu juga sangat menyayangkan Polisi tidak memperioritaskan Pasal 44 Undang-Undang Pilpres yang mengatur tentang aturan main dalam proses pemilu presiden dan wakil presiden. Selain itu, kata dia, tak seharusnya perbuatan kriminal seperti itu dibiarkan berlarut-larut.
"Jelas bahwa polisi membiarkan tindakan fitnah, rasis, membolehkan isu sara. Kalau dibiarkan artinya polisi gagal mengamankan jalannya pemilu yang bersih," ujarnya.
Sementara itu, merujuk pemberitaan Media Indonesia, yang menyebut bahwa orang yang mendanai Tabliod Obor Rakyat adalah Riza Chalid, Direktur Utama Aliansi Perkuat Aspirasi Masyarakat Indonesia (Pertamina), Syafti Hidayat angkat bicara merangkainya.
Menurutnya wajar saja Riza melakukan demikian. Sebab kata Syafti, Riza merupakan orang dekat Hatta Rajasa dan pensuport dana ke Muchlis Hasyim. Nama terakhir adalah wartawan senior yang ditugasi Riza untuk mengelola dan menjalankan bisnis majalah tersebut.
Muchlis sendiri saat ini diketahui menjadi salah satu tim pemenangan Prabowo-Hatta. Sementara Hatta, kata Syafti merupakan orang yang selama ini memberikan akses untuk Riza bermain di sektor Migas tanah air.
Syafti menuding "gembong" mafia Migas Muhammad Riza Chalid yang disebut-sebut membiayai penerbitan tabloid Obor Rakyat, semakin memperkokoh asumsi masyarakat adanya partner in crime.
"Menurut investigasi kami, bukan hanya membiayai tabliod Obor dan kampanye capres tertentu. Pihak yang membiayai pengurusan agar Anak Hatta Rajasa yang menabrak orang jangan masuk penjara, adalah Riza," kata Safti.
Syafti menilai bahwa burung sejenis selalu terbang bersama. Karena itu, Mafia migas, akan berdampingan akrab dengan mafia di bidang lain, termasuk mafia agitasi melalui penulisan provokasi yang tak bisa dianggap sebagai karya jurnalistik.
"Jika Riza Chalid membiayai serangan-serangan kepada Jokowi, tak perlu heran. Mengapa, karena Riza berada di lingkungan 'burung sejenis' yang pada pokoknya menggunakan kampanye hitam. Air tak bisa bersatu dengan minyak, jadi air ke air atau minyak ke minyak," ujarnya.
Saat dimintai konfirmasi, Muchlis kepada wartawan membantah ada hubungan kerja dirinya dengan Riza. Dia berdalih menghormati proses hukum di kepolisian.
Sementara para petinggi Partai Amanat Nasional (PAN) dan orang dekat Hatta membantah dengan tegas tudingan tersebut. Wakil Ketua Umum DPP PAN Dradjad Wibowo mengatakan Hatta sama sekali tidak berkaitan dengan majalah tersebut.
"Kalau untuk urusan politik sekrusial ini, para pimpinan di DPP pasti tahu. Gosip yang muncul tersebut adalah kampanye hitam terhadap Bang Hatta," kata Dradjad kepada wartawan.
Sementara Ketua DPP PAN Viva Yoga Mauladi bahkan menegaskan bahwa tim pemenangan Prabowo-Hatta sama sekali tidak mengetahui proses pembuatan dan pemilik tabloid Obor Rakyat itu.
Ditegaskan Viva, pihaknya menyerahkan sepenuhnya kepada aparat kepolisian untuk menangani masalah tersebut.
"Soal kedekatan dengan Reza, saya tidak tahu dan tidak kenal Reza. Tim Prabowo-hatta juga tidak kenal dengan obor tabloid itu," imbuhnya.