TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Utama Perkuat Aspirasi Masyarakat Indonesia (Pertamina), Syafti Hidayat mengatakan penerbitan tabloid Obor Rakyat yang mendiskreditkan calon presiden (capres) Joko Widodo (Jokowi) disinyalir sepenuhnya didanai pengusaha minyak Muhammad Riza Chalid.
Tidak hanya membiayai Obor Rakyat, Riza yang di Singapura dikenal dengan sebutan Gasoline Godfather diduga juga membiayai tim sukses calon wakil presiden (cawapres) nomor urut satu itu.
Direktur Utama Perkuat Aspirasi Masyarakat Indonesia (Pertamina), Syafti Hidayat mengatakan, "gembong" mafia migas Muhammad Riza Chalid yang membiayai penerbitan tabloid Obor, semakin memperkokoh asumsi partner in crime.
Menurut Syafti Hidayat, burung sejenis selalu terbang bersama. Mafia migas, akan berdampingan akrab dengan mafia di bidang lain, termasuk mafia agitasi melalui pers murahan yang demikian buruk sehingga tak bisa dianggap sebagai karya jurnalistik.
"Jika Riza Chalid membiayai serangan-serangan kepada Jokowi, tak perlu heran. Mengapa, karena Riza berada di lingkungan 'burung sejenis' yang pada pokoknya menggunakan kampanye hitam. Air tak bisa bersatu dengan minyak, air ke air, minyak ke minyak," ujarnya.
Di sisi lain, Hatta Rajasa membantah tudingan bahwa dirinya mendanai Obor Rakyat dengan tujuan melakukan kampanye hitam terhadap saingannya, Jokowi-JK.
"Wah kalau itu memfitnah saya," ujar Hatta ketika dimintai konfirmasi sebelum acara debat cawapres, di Bidakara, minggu malam.
Sebelumnya Politikus PDIP Eva Kusuma Sundari meminta pihak kepolisian mengambil tindakan tegas dan segera memanggil Riza Chalid.
Pasalnya menurut Eva, Riza merupakan orang yang saat ini disebut-sebut sebagai salah satu 'dalang' terbitnya tabloid Obor Rakyat. Dengan memanggil dan memeriksa Riza, diyakini Eva, semua yang diduga terlibat akan terbongkar.
"Jadi kan problemnya di Polisi. Kami sudah melaporkan kalau Obor Rakyat bukan produk jurnalis, berarti polisi yang membiarkan orang melakukan caci maki, black campaign. Itu semua kenapa dihalalkan? Periksa saja semua akan terbongkar," kata Eva saat dihubungi wartawan di Jakarta, Selasa (1/7/2014).