TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peneliti LIPI Jaleswari Pramodhawardani menilai konser 'Salam Dua Jari' di Gelora Bung Karno kemarin sebuah gambaran manifestasi kerinduan akan pemimpin yang hadir dalam kehidupan keseharian rakyat.
"Kalau dalam perspektif sejarah, 5 Juli itu dekrit kembali ke konstitusi kemerdekaan 17 Agustus 1945, maka 5 Juli 2014 merupakan dekrit rakyat untuk menghadirkan pemimpin hadir dalam keseharian kita, dan itulah Jokowi," ujar Jaleswari, di Jakarta, Minggu, (6/7/2014).
Menurutnya, atmosfir yang terjadi di Stadion Gelora Bung Karno terasa menggetarkan.
Itulah ketika rakyat sudah berkehendak. Maka barisan gotong royong penuh optimisme Jokowi bakal menang pun berdatangan.
"Suaranya merangkul, menyatukan, dan menegaskan bahwa Jokowi-JK adalah kita. Tua-muda, miskin-kaya, laki-laki ataupun perempuan, semua membawa wajah dalam satu harapan perubahan," tambahnya.
Atas apa yang terjadi di GBK dan penampilan Jokowi-JK di debat tadi malam, kata Jaleswari, mengisyaratkan satu hal bahwa jalan kemenangan bagi pasangan nomor urut 2 makin dekat.
"Jokowi ternyata sangat tegas bersikap untuk memberantas mafia minyak, mafia impor pangan, termasuk impor daging. Bahkan kekayaan alam untuk digunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat pun menjadi spirit yang sangat kuat untuk Indonesia yang lebih berdaulat dan berdikari," paparnya.
"Maka investigasi atas kontrak-kontrak di sektor migas pun menjadi skala prioritas agar memberi kemanfaatan tertinggi," tambah Jaleswari.
Menurut Jaleswari, langkah selanjutnya bagi kubu Jokowi-JK adalah melibatkan partai, relawan, bersama rakyat untuk mengawasi tempat pemungutan suara (TPS).
"Inilah signal terpenting, ketika rakyat sudah bergerak, maka kemenangan Jokowi tidak terbendung lagi," tutup Jaleswari.