Laporan Wartawan Tribunnews.com, Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, BANTEN - Masyarakat Baduy Luar maupun Dalam tak ada yang mengenyam pendidikan formal, sehingga untuk petugas di Tempat Pemungutan Suara (TPS) sebagian direkrut dari luar kampung agar teknis administrasinya baik.
Dari tujuh petugas di tiap TPS, empat petugas diisi warga Baduy dan sisa tiga orang berasal dari luar Baduy. Minimal, sesuai ketentuan Komisi Pemilihan Umum, petugas TPS minimalnya harus lulusan SMA atau baca tulis dan menghitung.
"Kita merekrut dari luar sebagian. Di satu TPS ada yang tiga dan ada yang dua dari luarnya," ujar Ketua Komisi Penyelenggara Pemungutan Suara Sarpin kepada Tribunnews.com di Desa Kanekes, Lebak, Banten, Minggu (6/7/2014).
Bila semua petugas dari luar Baduy mereka akan kesulitan mengajak warga datang ke TPS. Belum lagi medan untuk setiap TPS di Desa Kanekes cukup jauh. Ada yang jaraknya mencapai 13 kilometer.
Sehingga orang lokal Baduy dimasukkan sebagai petugas pemungutan suara dalam rangka mendistribusikan logistik pilpres sampai ke TPS dan mensosialisasikannya ke warga di kampungnya. "Mereka bisa mengajak masyarakatnya," terangnya.
Tidak mudah memang memberikan pemahaman kepada masyarakat Baduy yang akan menjadi Panitia Pemungutan Suara. Sehingga KPPS harus melakukan bimbingan terlebih dahulu. "Saat ini orang-orangnya sama saat Pileg. Kita sudah siapkan orangnya," katanya.