TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sumsel, Aspahani mengatakan sulit untuk memprediksi jumlah golongan putih atau golput pada pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014 ini.
"Prediksinya mungkin ada tapi nilainya berapa saya tidak bisa kalkulasi," ujarnya saat ditemui di kantor KPU Sumatera Selatan, Selasa (8/7/2014).
Menurutnya golput ini terjadi karena hal-hal pribadi dari pemilih tersebut.
"Contohnya si pemilih pindah rumah dan belum mengurus administrasi menyebabkan ia seolah-olah golput atau karena memang si pemilih sudah tidak yakin dengan dua pasangan calon presiden dan wakil presiden ini," jelasnya.
Meskipun ia mengaku sulit untuk memprediksi berapa jumlah golput di tahun ini ia mengaku, baginya 70 sampai 75 persen pemilih yang menggunakan haknya sudah termasuk angka yang bagus.
"Kalau bandingkan dengan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) lalu yang 67 persen pengguna menggunakan haknya, Pilpres ini kita prediksi sudah bagus dengan 70 sampai 75 persen pemilih yang mengunakan haknya. Lebih dari itu maka lebih baik lagi," ujarnya.
Untuk menekan angka golput ini ia mengatakan KPU telah banyak melakukan program seperti sosialisasi, imbauan dan pemahaman bahwa satu suara itu menentukan.
"Kami sudah memberikan pemahaman ketidakhadiran mereka barang kali memberi kesempatan ke orang yang bisa salah memilih. Dengan adanya mereka memilih bisa yang benar maka kesempatan untuk mendapat pemimpin yang baik itu lebih bagus," jelasnya.
Dalam memilih ia mengatakan bahwa pemilih harus cerdas dalam menentukan pilihan. Pemilih bukan hanya menilai dari segi fisik namun juga menilai dari pribadi yang amanah dan cerdas.
Asphani mengharapkan tidak ada golput di Sumsel. Ia juga mengingatkan jangan sampai para pemilih nanti salah dalam melakukan pencoblosan sehingga menyebabkan surat suara tidak sah.
"Mencoblos nanti hati-hati jangan sampai keluar dari bingkai foto calon presiden dan wakil presiden, apalagi mencoblos silang, coblos presidennya nomor ini wakilnya nomor lain," guraunya. (TS)