News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Calon Presiden 2014

IPW: Polri Mesti Siaga Saat Kamtibmas 'Hamil Tua'

Penulis: Rendy Sadikin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Capres Jokowi di Tugu Proklamasi usai dinyatakan terpilih bersama Jusuf Kalla berdasar hitung cepat sejumlah lembaga survei, Rabu (9/7/2014).

TRIBUNNEWS.COM - Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri) dinilai perlu meminta para kapolda dan kapolres agar melarang konvoi massa pendukung dua kubu pasangan calon presiden dan calon wakil presiden.

Pasalnya, Indonesia Police Watch menilai aksi konvoi tersebut, apalagi untuk merayakan pesta kemenangan hasil quick count atau hitung cepat, bisa memprovokasi dan mengancam stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas).

IPW menilai, pascapengumuman hasil quick count Pilpres 2014, situasi kamtibmas Indonesia seperti "hamil tua". Ketegangan sosial menjadi bara terpendam yang sewaktu-waktu bisa meledak menjadi kekacauan.

"Pasalnya, kontroversi hasil quick count kian berkembang di masyarakat," kata Ketua Presidium IPW, Neta S Pane, dalam siaran pers yang diterima Tribunnews.com, Kamis (10/7/2014).

Ada delapan lembaga quick count yang mengatakan Joko Widodo dan Jusuf Kalla menang pilpres, yakni Litbang Kompas, Poltracking, Populi Centre, RRI, LSI, Indikator, SMRC, dan Cyrus Network.

Sementara ada empat lembaga quick count yang menasbihkan kemenangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa menang, yakni JSI, LSN, IRC, dan Puskaptis.

Menurut Neta, ketegangan kian tinggi tatkala masing-masing capres dan pendukungnya sama-sama berkeyakinan menang Pilpres 2014. Beberapa jam setelah hasil quick count keluar, para pendukung capres sempat melakukan konvoi dan pertemuan akbar di tempat-tempat umum.

Ke depan, sebelum Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan hasil pilpres yang sesungguhnya, imbuh Neta, Polri harus berani melarang semua kegiatan para capres dan pendukungnya, terutama yang bersifat massal.

Selain itu, kata Neta, Polri perlu meningkatkan kinerja intelijen, babinkamtibmas dan patroli di kawasan-kawasan rawan serta strategis agar bisa melakukan deteksi maupun antisipasi dini.

Dalam menjaga kamtibmas Indonesia yg sedang "hamil tua" ini, menurut IPW, Polri jangan bersikap menjadi pemadam kebakaran, melainkan harus bersikap "jangan biarkan telur menetas menjadi naga".

Sebab, jika kebakaran sudah terjadi dan telur sudah menetas menjadi naga, akan sulit bagi Polri mengatasi situasi kamtibmas pascapilpres 2014.

IPW juga berharap kedua pasangan capres mampu mengendalikan tim sukses dan para pendukungnya agar "mendinginkan situasi", sehingga situasi "hamil tua" tersebut bisa melahirkan presiden baru secara wajar dan normal tanpa kerusuhan atau kekacauan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini