Laporan Wartawan Tribunnews.com Nurmulia Rekso Purnomo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kritik terhadap kepemimpinan Aburizal Bakrie yang dianggap gagal mendongkrak naik nilai politik Partai Golkar, terus mengalir.
Termutakhir, anggota Dewan Pertimbangan Partai Golkar Andi Mattalatta menyebut pencapaian dalam Pemilu 9 April 2014 merupakan hasil terburuk sepanjang sejarah puak berlambang pohon beringin tersebut.
Pasalnya, kata Andi, hanya 91 kader Partai Golkar yang lolos ke Senayan. Padahal, Partai Golkar hanya bersaing dengan 11 partai politik tingkat nasional.
"Bandingkan pencapaian Partai Golkar pada pileg 2009 lalu, di mana ada lebih dari 100 orang kader partai yang lolos ke Senayan. Padahal, ketika itu saingannya adalah sekitar 38 Partai Politik," kata Andi, di gedung Perintis Kemerdekaan, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (15/7/2014).
Ia menilai, Ical--nama pop Aburizal Bakrie--tidak menjalankan kebijakan untuk mengubah partai menjadi partai yang modern dan terbuka.
Salah satunya, kata Andi, tampak dari kebijakan Ical yang memecat Poempida Hidayatullah, Agus Gumiwang, dan Nusron Wahid.
Ketiga orang itu, dipecat karena nekat mendukung pasangan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK). Sementara Ical telah menetapkan koalisi bersama pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Menurut Andi, ketiganya tak perlu dipecat karena mendukung JK yang notabene mantan Ketua Umum DPP Partai Golkar dan masih tercatat sebagai kader hingga kekinian. Andi, bahkan menyebut Ical telah berbuat tindakan otoriter.
"Tiga kader Golkar yang sudah berdarah-darah, Agus Gumwang, Nusron dan Poempida, dengan kantong sendiri (telah mendulang suara untuk Partai Golkar), (namun) mendapat perlakuan yang tidak pantas. Mestinya Golkar berterima kasih pada mereka," ujarnya.
Selain kasus pemecatan, yang membuat sejumlah kader Partai Golkar protes adalah bergabungnya partai tersebut ke Koalisi Merah Putih Permanen. Apalagi, kebijakan itu berdasarkan keputusan Ical.
Seharusnya, keputusan untuk berkoalisi pascapilpres merupakan urusan barisan pengurus baru Partai Golkar nantinya.
Karenanya, Andi berharap Partai Golkar segera menggelar musyawarah nasional (Munas) untuk mencari pengganti Ical. "Dia juga sudah memasuki tahun kelima kepemimpinan. Jadi, menurut AD/ART, harus segera diganti," tandasnya.