Laporan Wartawan Tribunnews, Eri Komar Sinaga
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP), Jimly Asshiddiqie mengkritisi sikap Presiden SBY yang mengunggah ke youtube percakapan dirinya dengan Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Husni Kamil Manik.
Menurut Jimly, percakapan melalui telepon tersebut bisa menimbulkan salah penafsiran di kalangan masyarakat.
"Itu maksudnya? Bisa menimbulkan salah tafsir orang. Kalau menyangkut kelembagaan, saya mengingatkan Ketua KPU agar berhati-hati. Ini dua kelompok (pasangan calon presiden dan wakil presiden) yang sangat kuat. Ini soal etika pula," ujar Jimly saat ditemui di kantornya, Jakarta, Selasa (15/7/2014).
Menurut Jimly isi percakapan bisa saja tidak ada intervensi terhadap KPU yang kini sedang melakukan rekapitulasi penghitungan suara pemilihan umum presiden dan wakil presiden. Namun, kata dia, percakapan via telepon tersebut bisa memberikan makna keakraban Presiden SBY dengan Husni.
Untuk itu, lanjut Jimly, percakapan tersebut tidak melulu mengenai substansi percakapan. Namun juga mengenai etika mengingat KPU harus menjaga citranya sebagai lembaga yang independen.
"Maka KPU harus menjaga independen dan kelihatan independennya. Maka hal-hal yang bisa menimbulkan dugaan harus dicegah dan dihindari," kata bekas ketua Mahkamah Konstitusi itu.
Jimly menilai sebagai kepala negara Presiden memang bisa saja menggunakannya untuk menelepon ketua KPU. Jimly mengingatkan bahwa SBY juga merangkat ketua umum partai politik.
"Maka harus berhati-hati. Niat baiknya bagus ya kita puji," tukas guru besar hukum tata negara Universitas Indonesia itu.
Sekadar informasi, Presiden SBY menelepon Ketua KPU Husni Kamil Manik Jumat lalu terkait proses pemilihan umum presiden dan wakil presiden. Dalam tayangan yang diunggah ke situs Youtube, SBY mengatakan dirinya netral dan berpesan agar KPU melibatkan kedua pasangan untuk menghindari kemungkinan chaos pascapenetarapan rekapitulasi penghitungan suara.