TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekelompok perempuan yang menamakan diri Srikandi Revolusi Mental yang membagi selebaran di Bundaran HI Jakarta Jumat (18/7/2014) agar masyarakat menolak hasil Pilpres, adalah relawan palsu. Nama relawan seperti itu tidak ada dalam jajaran Relawan Jokowi.
"Ini praktik 'politik kampungan,' Mengenakan kemeja kotak-kotak yang membuat asosiasi seakan-akan Relawan Jokowi. Saya tegaskan, tak ada relawan dengan nama itu," tandas Vivi Jap Evilia, Ketua Umum Srikandi Jokowi dalam rilisnya ke Tribunnews.com, Jumat (18/7/2014).
Sementara Viktor Sirait, Ketua Satgas Relawan Anti Pilpres Curang, juga menyatakan, tidak ada nama relawan seperti itu dalam jajaran Satgas. "Kami diresmikan Jokowi 26 Juni di Parkir Timur Senayan Jakarta, tak ada nama itu," katanya.
Sukmadji Indro Tjahjono, pengelola Forum Relawan Jokowi, juga mengatakan hal yang sama. "Koq tidak kreatif, bisanya cuma membuat isu dan gerakan politik murahan. Memalukan," kata Indro, tokoh pergerakan 1978.
Selain Srikandi Revolusi Mental, ada juga yang membuat kelompok dengan nama Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP), dengan ketua umum Sabar Mangadoe.
"Bara JP yang didirikan Sabar Mangandoe, Buntulan Tambunan dan Gideon Wijaya, adalah ilegal. Mereka justru loyalis Mahfud MD yang merongrong Bara JP," ujar Yayong Waryono, Wakil Sekjen Bara JP (asli).
Bara JP yang dikenal sekarang ini di mana Jokowi tiga kali berkunjung, berdiri melalui kongres di Bandung 15 Juni 2013. Setelah menjadi capres, Pembina Utama Bara JP adalah Joko Widodo (Jokowi).
"Jadi kalau ada kelompok yang menamakan Bara JP namun tidak lahir dari Kongres Bandung, jelas palsu. Masyarakat luas diminta tidak mengaitkan Sabar Mangadoe cs dengan Bara JP (asli).