News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pemerintahan Jokowi-JK Harus Mulai Gunakan Energi Terbarukan

Penulis: Taufik Ismail
Editor: Y Gustaman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Aktivis Greenpeace menggunakan simbol-simbol energi terbarukan saat aksi di depan gedung Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta Pusat, Rabu (12/3/2014). Aksi tersebut mendesak pemerintah untuk menghentikan pembangunan berbasis energi kotor batubara dan mengungkap fakta biaya sebenarnya industri batubara yang diklaim sebagai penopang perekonomian Indonesia. TRIBUNNEWS/HERUDIN

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Taufik Ismail

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Untuk mengatasi ketergantungan dan kelangkaan energi fosil, sejumlah pegiat energi dan lingkungan menyarankan Pemerintahan Jokowi-JK harus memulai menggunakan energi alternatif atau energi terbarukan.

Aktivis Jaringan Advokasi Tambang Hendrik Siregar mengatakan, harus ada langkah berani pemerintah menggunakan energi terbarukan. Besarnya ketergantungan bahan bakar minyak dari fosil, membuat anggaran negara untuk subsidi energi bengkak.

"Energi terbarukan harus dikedepankan. Karena Rp 350 triliun dihabiskan untuk subsidi energi fosil," terang Hendrik dalam acara Silaturahmi Untuk Kebaikan Bangsa di Galeri Cemara, Menteng, Jakarta, Kamis (7/8/2014).

Pegiat energi dari Tim Pekerja Tambang Perempuan (TPKP) Siti Maimunah menambahkan, pemanfaatan energi terbarukan sangat menguntungkan. Indonesia dapat memiliki cadangan energi yang cukup banyak.

"Dengan mengganti energi fosil dengan energi terbarukan, maka keberlanjutan energi akan terus dijaga. Bahkan Indonesia diramalkan memiliki energi terbarukan hingga 100 tahun," ujar Maimunah.

Tim Pakar Jokowi-JK Adrinof Chaniago mengaku sepakat dengan wacana konversi energi. Namun yang lebih menjadi prioritas Jokowi-JK adalah pemerataan akses penggunaan energi kepada seluruh warga negara.

"Sepakat dengan energi terbarukan, namun yang paling penting adalah pemerataan akses energi. Jangan seperti sekarang, kekayaan alam seperti batubara digunakan untuk membangun negara luar," ujar Adrinof.

Sehingga ke depan, sambung Adrinof, produksi batubara mesti diturunkan dan hasilnya dibagi dua. Setengah keuntungan hasil tambang tersebut, mesti digunakan untuk kepentingan dalam negeri.

"Setengahnya untuk untuk pembangunan infrastruktur dalam negeri. Sehingga anak-anak sekokah kita di Kalimantan, Papua, dan Sulawesi yang memiliki potensi cerdas yang sama, tidak terhambat oleh masalah infrastruktur seperti listrik dan jalan," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini