TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sidang lanjutan gugatan perselisihan hasil pemiliham umum (PHPU) presiden dan wakil presiden 2014 berlangsung penuh kehebohan. Hal itu lantaran saksi Prabowo-Hatta asal Papua, Novela Nawipa membuat 'jengkel' majelis hakim maupun pihak terkait saat memberikan kesaksian.
Kejadian bermula saat Novela ditanya oleh majelis hakim maupun pihak terkait dalam hal ini tim hukum Jokowi-JK, Taufik Basari. Taufik pun harus menahan nafasnya agar tidak tertawa lepas sebelum melontarkan pertanyaan kepada Novela.
"Semua yang ditanya (Taufik) sudah kita jawab sesuai di lapangan," kata Novela dengan nada khasnya di ruang sidang utama MK, Selasa (12/8/2014).
Wanita asal kampung Awabutu, Kabupaten Paniai, pun terlihat geram karena pertanyaan yang diajukan Taufik tidak relevan. Saat itu Novela ditanya siapa nama koordinator Prabowo-Hatta pusat dan ia tidak mengetahui hal itu.
"Itu (pertanyaan Taufik) tidak relevan. Itu tidak relevan," ucap Novela yang disambut tawa kecil para hadirin sidang.
Novela menegaskan, di kampungnya tidak masalah menggunakan sistem noken dalam pemungutan suara. Namun, menurutnya, di kampungnya itu tidak dilaksanakan pemilihan umum presiden.
"Apapun sistemnya, noken atau lainnya yang penting Pemilu harus ada," tuturnya.
Bahkan, Novela menyebut tidak ada sosialisasi yang dilakukan Komisi Pemilihan Umum sebelum digelarnya Pemilu. Novela pun kembali melontarkan pernyataan nyeleneh.
"Kami ini di gunung. Kenapa tidak ada sosialisasi? Tanya saja ke penyelenggara, jangan tanya ke saya," katanya.